fnc muslimah
wahai melati-melati hidupku
mengapa ladang bunga yang sama kita huni. kini menjadi kering dan tandus?
wahai melati-melatiku
mengapa semua tak pernah sama
ketika dulu ladang yang kosong
kita tanduri dengan ribuan macam warna
kalian dan aku adalah bunga di ladang itu
kita selalu memupuki
kita selalu menyirami
dalam sebuah asa kehidupan
kita selalu percaya bahwa tumbuh dan mati adalah suatu fase kehidupan yang nyata


wahai melati-melati hidupku
kita telah melewati ribuan lumpur dan ketandusan hidup bersama
tapi kini ketika badai erosi menerjang
kita mati... ya.. kita menjadi mati
tak ada lagi hidup dengan nada gembira
tak ada lagi sapaan kasih menerpa


wahai melati-melati hidupku
kau katakan kepadaku saat itu
kita sudah biasa melalui badai
kita sudah biasa melalui bencana
kita sudah biasa melalui sakit dan luka
tapi kenapa sekarang biasa itu menjadi luar biasa
dan kita menjadi kalah
kalah dan menyerah pada hidup


wahai melati-melati hidupku
mungkin memang ini takdirnya
kita mati dan terpisah pada jiwa
kita sudah terlalu tua untuk menopang hidup
kita terlalu sombong dengan apa yang kita renggut pada dunia
kalian acuh..
dan aku pun acuh..
maka janganlah kau tanya bagaimana mempertahankan hidup
bila hati dan cinta telah luluh lantah akibat badai di november