fnc muslimah
wahai melati-melati hidupku
mengapa ladang bunga yang sama kita huni. kini menjadi kering dan tandus?
wahai melati-melatiku
mengapa semua tak pernah sama
ketika dulu ladang yang kosong
kita tanduri dengan ribuan macam warna
kalian dan aku adalah bunga di ladang itu
kita selalu memupuki
kita selalu menyirami
dalam sebuah asa kehidupan
kita selalu percaya bahwa tumbuh dan mati adalah suatu fase kehidupan yang nyata


wahai melati-melati hidupku
kita telah melewati ribuan lumpur dan ketandusan hidup bersama
tapi kini ketika badai erosi menerjang
kita mati... ya.. kita menjadi mati
tak ada lagi hidup dengan nada gembira
tak ada lagi sapaan kasih menerpa


wahai melati-melati hidupku
kau katakan kepadaku saat itu
kita sudah biasa melalui badai
kita sudah biasa melalui bencana
kita sudah biasa melalui sakit dan luka
tapi kenapa sekarang biasa itu menjadi luar biasa
dan kita menjadi kalah
kalah dan menyerah pada hidup


wahai melati-melati hidupku
mungkin memang ini takdirnya
kita mati dan terpisah pada jiwa
kita sudah terlalu tua untuk menopang hidup
kita terlalu sombong dengan apa yang kita renggut pada dunia
kalian acuh..
dan aku pun acuh..
maka janganlah kau tanya bagaimana mempertahankan hidup
bila hati dan cinta telah luluh lantah akibat badai di november


fnc muslimah

Persahabatan itu seperti jalinan ukhuwah yang sulit untuk dijelaskan, aku menyayangi sahabatku sama seperti aku menyayangi saudaraku, aku menganggap sahabat adalah keluarga yang kita buat sendiri, keluarga yang kita temukan dalam perjalanan kehidupan. itulah cara allah membuat sesama muslim menjadi saudara bahkanmenjadi keluarga.
Teman dan sahabat adalah dua hal yang berbeda, teman dapat kita peroleh dimana saja dan siapa saja yang mungkin belum tentu mengerti kita, tapi sahabat adalah teman yang setia, mengerti dan sangat memahami bahkan mengenal pribadi kita dengan baik, aku berteman dengan sahabatku yang sekarang karena takdir Allah yang mempertemukan kami saat SMA dulu, berbagai rasa telah kami rasakan bersama bahkan selama 9 tahun persahabatan kami tetap lancar walau kini kami sudah bukan anak remaja lagi seperti dulu.


Kata orang zaman dulu bahkan petuah tetua mengatakan"jangan pilih-pilih dalam berteman" aku sedikit tidak setuju dengan pendapat mereka, bagiku semua orang harus memilih siapa yang akan menjadi temanya, alasanya karena sesorang akan dinilai dengan siapa dia berteman, dan seseorang akan menjadi seperti apa itu karena siapa temanya, misalkan jika kita berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan terciprat baunya, maksudnya jika kita berteman dengan yang baik maka kita akan menjadi baik, kalau kita berteman dengan orang yang buruk tentu kita juga akan menjadi seperti mereka, jadi menurutku kita harus memilih dengan siapa kita akan berteman.

sahabatku mengajarkanku banyak hal, ia mendekatkan aku pada sang pencipta, ia adalah sahabat yang selalu menguatkan dan mengingatkan ketika aku salah dan alpa, seperti itulah ukhuwah yang indah seharusnya dibangun, dengan kasih sayang, indah berbagi,  saling mengingatkan dan menguatkan.



fnc muslimah
"Orang–orang mukmin adalah mereka yang selalu berdoa kepada Allah pada waktu siang dan malam." (Qotadah ibnu Di'amah As-sadusi)

Siapa saja yg mempunyai kemampuan lalu tdk berkurban, janganlah mendekati tempat shalat kami" (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya." (HR. Al-Bukhari)

Ada 3 doa yg pasti dikabulkan dan tidak diragukan lagi,yakni doa orang yg teraniaya, doa orang bepergian, dan doa orang tua (HR Bukhari).

"Sesungguhnya sedekah seseorang walau hanya sesuap, akan dikembang biakkan oleh-Nya seperti gunung, maka bersedekahlah." (HR Bukhari-Muslim)

Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim)

Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan2mu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barokah dan keberuntungan (HR Ath-Thabrani)

Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali ( HR Tirmidzi)
Siapa yg berkunjung ke Baitullah dan tdk bicara keji & tdk berbuat fasik, maka dia kembali seperti ketika dilahirkan ibunya (Bukhari-Muslim)

Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, murah hati dan senang kepada kemurahan hati (HR Tirmidzi)

Rasulullah bersabda: "Orang yg ketinggalan shalat Ashar maka sesungguhnya dia laksana kehilangan keluarga & hartanya."(Bukhari-Muslim)

Obatilah orang yang sakit degan shodaqoh, bentengilah harta kalian degan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa." (HR Baihaqi)

Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka berkata keji, dan suka berkata kasar.” [HR. Ahmad]

iwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan." (HR. Muslim)

Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tdk menzhaliminya, tdk mengecewakannya, tdk membohonginya, & tdk merendahkannya." (HR.Muslim)

Barangsiapa mengulas Al Qur'an tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah menduduki neraka. (HR. Abu Dawud)

Seandainya seseorang tahu dosanya lewat di depan orang sholat, maka lebih baik baginya berhenti selama 40 (tahun).(HR. Bukhori, Muslim)

Siapa menahan pandangannya dari keindahan2 wanita, Allah wariskan kelezatan dalam hatinya hgg hari ia bertemu dganNya” (HR Ahmad)

Nikah itu sebagian sunahku, barang siapa ya tidak mau mengamalkan sunahku, maka dia bkn termasuk golonganku.” (HR Ibnu Majah)

Matahari dekat kepada makhluk di hari kiamat smp berjarak 1 mil dr mereka, shg semua manusia berkeringat sesuai amalan mereka” (HR Muslim).

"Sesungguhnya tidak berdoanya diriku ini; lebih aku takutkan daripada tidak terkabulnya doaku itu." -Abu Hazim-


Cinta tak pernah minta utk menanti. Ia mngambil ksmptn (keberanian). Atw mempersilakan (pengorbanan) ~Ali bin Abi Thalib



Label: 0 komentar |
fnc muslimah
rasa cinta krn Allah & saling bersaudara krn Allah, ketika itulah terasa persoalan&kesulitan d hadapan kita jadi tak berarti [Hasan AlBanna]

Hati2 bergaul dgn orang pesimis, karena ketika kau perlihatkan sekuntum bunga indah kepadanya, yg dia lihat hanya duri2nya. [Aidh Al Qarni]

Hati2 bergaul dgn orang pesimis, karena ketika kau memuji kebaikan/manfaat matahari d hadapannya yg ia rasakan hanya panasnya. ~Aidh AlQarni

"Wanita dinikahi krn 4 hal, krn harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya & krn agamanya. Hendaknya pilihlah hal agamanya." (HR.Muslim)

Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada. (HR. Ath Thobari)

Adalah sebuah khianat yg besar jika kau berbicara kepada saudaramu,dia bicara jujur, sedang kau berdusta(HR Abu Daud)

"Ya Allah, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal (supaya aku terhindar) dari yang haram." (HR. Tirmidzi)

Wanita yang paling besar keberkahannya adalah yang paling ringan maharnya." (HR. Ahmad Baihaqi dan Hakim)

Tinggalkanlah yang meragukanmu, karena kejujuran adalah ketentraman, dan kebohongan adalah kebimbangan (HR. Tirmidzi)

Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)

Akan datang bagi manusia suatu jaman dimana orang tidak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram. (HR. Bukhari)

Kemuliaan seseorang adlh agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adlh akalnya,sedangkan ketinggian kedudukannya adlh akhlaknya. (HR.Ahmad)

Orang yang paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak omong, yang membual, serta menyombongkan diri. (HR.Ahmad)

Sungguh,kau jangan menganggap kecil suatu amal baik, sekalipun hanya sekedar,menghormat kedatangan kawanmu dengan wajah berseri (HR, Muslim)

Ketika salah seorang kamu menguap maka letakkanlah tangannya ke mulut, sebab syethan masuk lewat mulut tersebut (HR. Muslim)

Barang siapa berwudhu dgn sesempunanya,maka segala dosanya lepas dari tubuhnya hingga bersih apa yg tersembunyi di bawah kukunya.(HR.Muslim)

“Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan , kecuali ia bertambah, bertambah, bertambah.” (HR. at-Tirmidzi)


"Sesungguhnya di kalangan hamba Allah ada orang yang apabila memohonkan sesuatu maka Allah akan menerimanya." (HR. Bukhari)



Label: 0 komentar |
fnc muslimah
Assalaamu'alaykum wr. wb.

Makin ke sini, kepedulian terhadap "kulit" lebih dipusingkan ketimbang isi. Terlebih buat para cewek. Pakaian kudu matching dari atas sampai bawah, model jilbab mesti ter-inn, muka wajib kinclong *eeeh yang cowok juga gak jauh beda deng. Tapi isinya? Wallahu a'lam bi showwab.
Padahal Islam sudah jelas-jelas menegaskan bahwa yang membedakan kita hanyalah taqwa, Orang berilmu pun derajatnya lebih tinggi dari yang enggak berilmu. Jadi... mau cantik gak cantik, kaya gak kaya, kurus gemuk, gak ada arti kalo gak bertaqwa en gak berilmu.
Para sahabat Rasul pun sudah membuktikan hukum ini. Yuk cekidot!

1. Bilal bin Rabah
Dari anak TK sampai kakek nenek, siapa sih yg gak kenal dengan sahabat yang satu ini? Padahal cuma budak, hitam legam pula. Tapi berkat amalan unggulan beliau: menjaga wudhu plus sholat sunnah dua rakaat setelahnya, rasul pernah bermimpi mendengar terompah doi di surga *padahal orangnya masih segar bugar di dunia.

“Tiada aku batal wudhu kecuali aku perbarui lagi. Dan tiada aku berwudhu aku melainkan shalat dua rakaat aku tunaikan.” (HR Abu Hurairah)
Hebatnya lagi, rasul memilih Bilal langsung sebagai muadzin pertama di dunia.

2. Abdullah bin Mas'ud
Sahabat yang satu ini, beuwh... selain Rasul sering meminta dibacakan Qur'an olehnya, juga merekomendasikan para sahabat untuk meniru bacaan Ibnu Mas'ud! Sampai pernah beliau ditertawai en dijadikan objek lelucon oleh para sahabat yang lain ketika kedua betisnya yang kecil tersingkap. Tau apa reaksi Rasulullah?

"Kenapa kalian tertawa? Kalian tahu bahwa kaki Abdullah bin Mas’ud kelak di akherat nanti timbangannya lebih berat daripada gunung Uhud.” (HR.Ahmad)
Ya Rabbanaa... betisnya lebih berat dari gunung uhud!

3. Ammar bin Yassir
Kupingnya putus ketika perang melawan orang-orang murtad di perang Yamamah. Tapi kegigihannya menegakkan Islam, membuat Abu Bakar ra mempercayai beliau en Abdullah bin Mas'ud untuk memimpin wilayah hedon Kuffah.

Fyi, walaupun pemimpin, beliau ini sering keluar masuk pasar menggendong sendiri belanjaannya tanpa pengawalan. Pernah seseorang mengejek kupingnya, "Wahai orang yang telinganya terpotong!" Murka? Gak! Malah dengan bangga beliau berujar, "Sesungguhnya telinga yang kau ejek ini adalah telinga terbaik yang aku punya".

Masyaa Allah! Jauuuh banget sama kita ya ? Punya fisik gak sempurna rasanya minder abisss, makanya wajib divermak. Kadang malah nyalah-nyalahin Allah segala.
Tapi, mereka kan cowok. Lah kita perempuan, meski cantik dooonk!
Iya,  Betul banget, emang perempuan wajib cantik, kok. Coba deh cek shiroh shohabiyah, di sana rata-rata tertulis mereka memiliki paras yang cantik. Tapi, bukan itu yang membuat mereka mulia di mata Allah. Ibunda Khadijah, Fathimah, Maryam, Asiyah mendapat jaminan masuk surga karena keimanan en ketaataan mereka kepada Allah. 

Yuk deh luruskan lagi mind set kita bahwa fisik yang senantiasa kita poles in gak bakal kekal. Kalo Dia menghendaki rusak, pasti bakal rusak. Tapi hati en akal yang senantiasa dipoles, insyaa Allah itu yang bakal kekal. Kalo gak dinilai di mata manusia. Insyaa Allah bernilai di mataNya. ^__^

Wassalaamu'alaykum wr. wb.


sumber:annida-online.com

Label: 0 komentar |
fnc muslimah
Untukmu yang namanya telah tercatat sebagai sandal kiri
Ini penawaran yang kurangkai untukmu
Sebuah surga yang berpijak dari kesederhanaan cinta
Bukan syair-syair pujian berselimut kefanaan
Bukan…
Bukan kesenangan manusia kebanyakan
Karena kau sebuah sandal yang lahir dari rasa yang kubangun
Karena aku bersyukur kau bukan sepatu kaca penuh gemerlap
Namun kau pelengkap segala asa
Segala daya
Segala cita

Dariku, Sandal Kanan

***

Kutatap lekat-lekat wallpaper bergambar sebuah sandal yang disertai rangkaian kata-kata puitis itu. Tertuju kepada siapakah surat mini itu? Apa untukku?

Dalam diam, aku tertegun sejenak. Ya, itu memang laptop kepunyaannya. Kepunyaan lelaki berwajah syahdu itu. Terakhir kali yang kulihat bukan gambar dan kata-kata itu yang menghiasi desktopnya. Apa karena aku akan memakai laptopnya maka ia mengganti wallpapernya? Apa ia berharap aku membacanya?

Sejumlah tanya yang menari-nari di kepalaku tak kubiarkan mengusik perhatianku terlalu lama. Aku mulai mengalihkan perhatian dengan berselancar di dunia maya. Membuka email, blog, juga facebook. Ah, statusnya muncul paling atas di berandaku. Bismillah… Memulai perjalanan pulang, kembali ke peraduan. Semoga selalu diiringi ridho-Nya, bunyi statusnya. Bersahaja. Selalu begitu.

Bukan kata-katanya yang bersahaja saja yang menarik perhatianku, tapi juga foto yang menghiasi foto profilnya. Foto sandal. Sebuah sandal sebelah kanan, tanpa pasangannya sang sandal sebelah kiri. Sesaat timbul dalam pikiranku untuk mengganti foto profilku menjadi foto sebuah sandal sebelah kiri. Namun, kutepis dengan cepat. Beragam hal berpasang-pangan diciptakan di dunia ini, banyak yang begitu menarik dan menawan. Jadi kenapa harus sandal menjadi pilihannya?

“Ne, aku cuma punya sebelah sayap kanan yang tak kan bisa membuatku terbang. Bagaimana pun, aku sudah menganggapmu sayap kiriku, sudah sejak lama,” kata Faris di suatu sore. Faris adalah temanku sejak kecil, tetanggaku.

“Terkadang kita bisa saja salah mengira, Ris. Lelaki yang baik sepertimu akan menemukan pasangan sayap yang lebih baik,” ucapku sambil berlalu, meninggalkan Faris yang membisu di halaman rumahku.

Faris sangat baik. Mempunyai pendidikan yang baik, pekerjaan yang baik, dari keluarga yang baik-baik. Terlebih lagi, ia punya pemahaman agama yang baik. Namun, namanya tak pernah muncul dalam jawaban-jawaban doaku. Tak pernah terlintas meski aku telah istiqarah berkali-kali. Meski ia begitu ideal untuk dijadikan pasangan hidup, tetapi tetap aku tak bisa memaksakan diri jika keyakinanku tak pernah muncul untuk menerimanya.

Maka, disinilah pilihanku berlabuh. Pada senyum lelaki bersahaja itu. Pada lelaki yang nyaris tak kukenal itu. Tiga bulan sudah aku berusaha menyelami hatinya lebih dalam. Banyak tanya yang ingin aku ajukan untuknya. Termasuk masalah sandal ini.

Masalah? Ya, masalah. Dulu, Faris dengan kesantunannya menyebutku sayap kirinya. Sepasang sayap lumayan indah untuk menjadi pengandaian. Tetapi tak cukup untuk meluluhkan hati seorang perempuan sepertiku. Dan kini harus kudapati lelaki yang menjadi pilihanku menyebutku sandal kirinya!

Aku tak marah, dan tak perlu marah. Hanya saja istilah sandal itu sangat mengganggu pikiranku. Aku berpikir, mungkin aku sebegitu buruknya, sehingga ia kesulitan untuk menemukan sesuatu yang lebih istimewa untuk menyebut dirinya dan diriku. Sebutan sepasang sandal yang menjadi pilihannya jelas mempunyai alasan tersendiri.

Aku mulai mencoba searching di internet, tentang ungkapan seorang pasangan kepada pasangannya. Hanya untuk mengobati tanda tanya dihatiku. Tetapi jelas-jelas jawaban yang muncul semakin mengusik hatiku, semakin membuatku menjadi tidak berarti apa-apa.

Kau adalah pasangan sayapku. Kau adalah tulang rusukku yang hilang. Kau adalah bidadari hatiku. Kau adalah sekuntum bunga di taman indah. Kau bagai rembulan bagiku. Kau adalah permaisuri dan aku rajanya. Kau adalah… Ah, semua terdengar begitu indah untuk diungkapkan.

Kau adalah sebuah sandal kiri dan aku sandal kanan. Kuketik sebaris kalimat itu. Search. Seperti yang kuduga, no results found. Tidak ditemukan. Tak ada seorang lelaki pun yang menyebut dirinya sandal kanan, dan menyebut pasangannya sandal kiri.

Aku mulai merasa sedikit panas. Lebih lama, kuamati lagi wallpaper yang mengusik perhatianku itu. Kubaca lagi baris-baris kata dalam surat mini tersebut. Mendalam. Kata-katanya sangat memukau, tentu saja kecuali sebutan sandal itu. Pikirku masih melayang-layang jauh memikirkan itu semua ketika kudengar suara langkah-langkah kaki di depan rumah.
Aku mencoba mengintip dari jendela. Kulihat seorang lelaki melangkah mendekati pintu rumah. Dia sudah sampai rupanya. Laki-laki itu, lelaki yang melamarku tiga bulan yang lalu. Anak dari teman ibuku. Lelaki bersahaja itu tak begitu kukenal, tapi dengan mantap ia melamarku dan aku dengan mantap pula menerimanya. Tanpa pikir panjang, seolah batin kami telah terikat begitu lama.

Aku membukakan pintu untuknya, menyambutnya dengan wajah yang berusaha kubuat ceria, menutupi pertanyaan-pertanyaan di kepalaku yang terlontar sedari tadi untuknya. Ia datang dengan senyum lebarnya, dengan salam yang seketika menyejukkan rumahku yang semula terasa panas. Kujawab salam itu dan kucium tangannya.

Tanpa kata-kata aku mengikutinya ke kamar. Ia langsung bersiap-siap hendak mandi rupanya. Diraihnya handuk sambil memandangiku cukup lama. Aku menjadi salah tingkah dibuatnya.

“Apa ada yang ingin kamu tanyakan, Ne?” tanyanya lembut. Hebat. Ia bisa menebak isi pikiranku walau hanya dengan menatap wajahku.

“Kenapa tak menanyakan kabarku?” tanyaku sedikit merajuk, berbalik menanyainya. Satu minggu ia pergi meninggalkanku keluar kota karena urusan pekerjaannya, tetapi tak terucap sepatah katapun darinya menanyakan keadaaanku.

“Aku sudah tau bagaimana keadaanmu hanya dengan melihatmu,” jawabnya singkat. Aku sedikit tersipu dibuatnya.

“Apa benar itu yang ingin kamu tanyakan?”

“Hmm, sebenarnya…sebenarnya, kanapa menyebutku sebagai sebuah sandal? Kenapa bukan sepatu kaca?” Aku bertanya sambil melirik pada laptopnya, membuatnya juga melirik ke arah yang sama. Kurasa, akhirnya ia menyadari kemana arah pembicaraanku.

“Dengar, Ne. Sudah kutuliskan, bukan? Aku bersyukur kamu bukan sebuah sepatu kaca. Karena jika kamu sepatu kaca, maka, jangankan untuk menjadi pendamping hidupmu, memimpikan bisa berada di dekatmu pun aku tak bisa. Karena aku hanya sebuah sandal sebelah kanan, tak kan pernah cocok bila dipasangkan dengan sebuah sepatu kaca sebelah kiri.” Penjelasannya yang cukup panjang semakin membuatku tersipu.

“Kenapa tidak menggunakan istilah yang lebih istimewa?” Meski telah tertunduk malu, aku masih belum puas bertanya.

“Kebanyakan orang menanggalkan sepatunya dan menggunakan sandal melangkah ke rumah Allah, Ne. Itu hanya untuk memotivasi diri kita, bahwa seburuk-buruknya kita memiliki keistimewaan, bila kita dapat memaknainya dari sudut pandang yang berbeda. Kamu mau selalu menemani orang yang buruk sepertiku ini kan, Ne?” Aku mengangguk cepat dengan wajah yang semakin merona, tersipu malu.

Sebelum ia berlalu ke kamar mandi, ia tersenyum begitu lebar kepadaku sambi mengusap-usap kepalaku. Persis seperti ketika aku kecil dulu, pengurus masjid mengusap-usap kepalaku dan anak-anak lain setelah menyerahkan santunan anak yatim dari jamaah masjid kepada kami. Dan usapan itu selalu membuatku bahagia. Seperti sekarang, membuatku tersenyum lebih lebar dan lebar.

Mungkin aku saja yang terlalu sulit memahami. Banyak orang berharap mendapat sebutan atau gelar yang begitu meninggikannya, tetapi tak menyadari bahwa sejatinya gelar tidak mempengaruhi kualitas diri. Nilai seseorang sesungguhnya, dilihat bagaimana dirinya bersikap, sejauh apa ia mendalami makna hidup dan kehidupan ini sebenarnya. Dan dia, lelaki yang menjadi imamku itu mengajarkanku tentang hal ini lewat pilihan kata sederhana. Sesederha cintanya yang berujung surga.

Sebelum ia selesai mandi, aku telah selesai mengetikkan untaian kata-kata untuk membalas surat mininya. Tak ketinggalan disertai gambar sebuah sandal. Kujadikan wallpaper laptopnya, dan berharap ia suka membacanya nanti.

***
Untukmu sandal kanan yang bersahaja
Kuterima penawaranmu dengan senyum cinta beriringan doa
Kesederhanaan cintamu menyadarkanku,
bahwa inilah arti hidup yang dianugerahkanNya
Apalah artinya sebuah sepatu kaca
Bila langkah-langkah tulus tak kunjung didapatinya
Namun, sosok sepertimu yang orang anggap biasa
Menempati tempat yang luar biasa dalam ruang rinduku
Dalam syukur, aku bahagia menjadi pelengkap hidupmu
Maka, bimbinglah aku ke jalan itu
Ke tempat segala asa, daya dan cita bertahta

Dariku, Sandal Kiri

***
Padang, 2013


sumber: annida-online.com
Label: 0 komentar |
fnc muslimah


Kenapa ada angin?
Agar orang-orang tahu kalau ada udara di sekitarnya.
Tiap detik kita menghirup udara, kadang lupa sedang bernafas.
Tiap detik kita berada dalam udara, lebih sering tidak menyadarinya
Angin memberi kabar bagi para pemikir
Wahai, sungguh ada sesuatu di sekitar kita
Meski tidak terlihat, tidak bisa dipegang

Kenapa ada hujan?
Agar orang-orang paham kalau ada langit di atas sana
Tiap detik kita melintas di bawahnya, lebih sering mengeluh
Tiap detik kita bernaung di bawahnya, lebih sering mengabaikan
Hujan memberi kabar bagi para pujangga
Aduhai, sungguh ada yang menaungi di atas
Meski tidak tahu batasnya, tidak ada wujudnya

Begitulah kehidupan.
Ada banyak pertanda bagi orang yang mau memikirkannya

Kenapa kita sakit hati?
Agar orang-orang paham dia adalah manusia
Tiap saat kita melalui hidup, lebih sering tidak peduli
Tiap saat kita menjalani hidup, mungkin tidak merasa sedang hidup
Sakit hati memberi kabar bagi manusia bahwa kita adalah manusia
Sungguh, tidak ada hewan, binatang yang bisa sakit hati
Apalagi batu, kayu, tanah, tiada pernah sakit hati

Maka berdirilah sejenak, rasakan angin menerpa wajah
Lantas tersenyum, ada udara di sekitar kita

Maka mendongaklah menatap ke atas, tatap bulan gemintang atau langit biru bersaput awan
Lantas mengangguk takjim, ada langit di sana

Maka berhentilah sejenak saat sakit hati itu tiba, rasakan segenap sensasinya
Lantas tertawa kecil atau terkekeh juga boleh, kita adalah manusia


sumber: tere liye post
Label: 0 komentar |
fnc muslimah


Bukankah,
banyak yang berharap jawaban dari seseorang?
yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya
"jadi, jawaban apa yang harus diberikan?"

Bukankah,
banyak yang menanti penjelasan dari seseorang?
yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa
"aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?"

Bukankah,
banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang
yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji
"kau menungguku? sejak kapan?"

Bukankah,
banyak yang menambatkan harapan
yang sayangnya, seseorang itu bahkan belum membangun dermaga
"akan kau tambatkan di mana?"

Bukankah,
banyak yang menatap dari kejauhan
yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain

Bukankah,
banyak yang menulis puisi, sajak2, surat2, tulisan2
yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama
pun bagaimanalah akan membacanya

Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak
Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan
Ada yang mekar indah senantiasa terjaga
Ada yang layu sebelum waktunya
Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga
Tapi juga berakhir bahagia


sumber: tere liye post
Label: 0 komentar |
fnc muslimah
Sejenak membaca catatan Salim A. Fillah tentang Rasullullah membuat lidah saya kelu, tubuhpun seketika bergetar mengingat tentang kekasih Allah itu, seorang yang mengenalkan kita kepada islam, seorang yang mengenalkan kita kepada pencipta kita, ya... semua tentangnya... tentang rasul kita...

Karena tentangmu Ya RasulaLlah, ialah sebaik-baik kisah, seindah-indah cermin, semulia-mulia jalan, semurni-murni teladan.
Karena pada dirimu Ya RasulaLlah; sebening-bening hati, sejernih-jernih jiwa, sedalam-dalam ilmu, setepat-tepat fahaman.
Karena pada tindakmu Ya RasulaLlah; seikhlas-ikhlas niat, seihsan-ihsan amal, seteguh-teguh prinsip, sejelas-jelas ikatan.
Karena di tiap langkahmu Ya RasulaLlah; seagung agung akhlaq, seluhur-luhur budi, segenap-genap syukur, seutuh-utuh sabar.
Karena pada senarai hela nafasmu Ya RasulaLlah; ada sederu-deru dzikir, sesyahdu-syahdu khusyu’, setunduk-tunduk tawadhu’.
Karena detak jantungmu Ya RasulaLlah; segigih-gigih upaya, sesuci-suci doa, sepasrah-pasrah tawakkal, sebenar-benar taqwa.
Karena denyut nadimu Ya RasulaLlah; seberkah-berkah nafkah, setumpah-tumpah sedekah, setebar da’wah, senyata-nyata jihad.
Karena di deras darahmu Ya RasulaLlah; seruah-ruah perhatian, sedahsyat-dahsyat pengorbanan, sesejuk-sejuk kasih sayang.
Karena ucapanmu Ya RasulaLlah; sefasih-fasih kata, sedalam-dalam makna, sekokoh-kokoh hujjah, setampak-tampak pembuktian.
Karena pribadimulah Ya RasulaLlah; semesra-mesra suami, segagah-gagah ayah, semantap-mantap kakek, seakrab-akrab sahabat.
Karena engkaulah Ya RasulaLlah; setaat-taat hamba, serajin-rajin guru, seberani-berani panglima, sepuncak-puncak pemimpin.
Karena tapak hayatmu Ya RasulaLlah; sejelita-jelita hidup, selurus-lurus titian, seberat-berat liku, sewujud-wujud cinta.
Karena dalam sakarat Ya RasulaLlah, kau tegaskan cinta tuk kami; moga kau sambut di telaga, moga kau wasilahi syafa’atNya.Inilah kami ummatmu; sejenak duduk menyimak sahajamu, mendaras teladanmu, mengkaji sunnahmu, mengittiba’ pengabdianmu.  #Isra'mikraj


fnc muslimah

Terbayang dalam imajinasi saya, bagaimana kata-kata itu terbata-bata keluar dari lisan Rasulullah, dalam rasa takut yang mencekam, dan dada yang sesak, merinding, juga dengan keringat yang menderas, serta wajah yang pucat pasi. Jawaban itu diungkapkan Rasulullah ketika Jibril menemuinya di Gua Hira’ dan berkata kepadanya, “IQRA’! Bacalah!”

“Ma anaa bi qari (aku tak bisa membaca)”

Untuk kedua kalinya Rasulullah memberikan jawaban. Namun Jibril terus mendesak dan memaksa. Didekapnya Rasulullah hingga Rasulullah nyaris kehilangan nafas. “IQRA! Bacalah!”

“Ma anaa bi qari (aku tak bisa membaca)” jawaban Rasulullah tak berubah.

Hingga untuk yang ketiga kali, Jibril kemudian membimbingnya…

"Iqra' bismi rabbikalladzii khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra' warabbukal akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam. 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya…” (Al Alaq 1-5)

Sahabat,

Menyimak episode turunnya wahyu Al Qur’an yang pertama itu, semoga kita teringatkan pada satu kata yang seharusnya menggugah dan menggerakkan kita untuk segera beramal. Dan satu kata itu adalah “IQRA! Bacalah!”. Ya. Inilah satu kata yang menjadi wahyu pertama Allah pada Rasulullah. Inilah satu kata yang telah mengubah wajah dunia. “IQRA! Bacalah!”

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur’an maka ia akan memperoleh satu kebaikan. Setiap kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf” (HR. Tirmidzi)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita eja. Setiap satu huruf akan memperoleh satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas 10 kali lipat. Dari lafaz basmalah saja, ada 19 huruf akan tereja. Itu berarti ada 190 kebaikan pahala akan kita dapatkan insya Allah. Lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang lain? Dalam satu juz Al Qur’an, akan kita temukan sekitar 10 ribu huruf. Bahkan mungkin lebih. Bayangkan! Berapa pahala kebaikan akan kita lewatkan jika kita lalai dari membacanya? Sedangkan kita tahu, Rasulullah telah berpesan, khatamkanlah al Qur’an dalam 30 hari. Itu berarti, dalam sehari paling tidak kita seharusnya membaca satu juz dari Al Qur’an. Maka sesungguhnya, 10 ribu huruf menunggu untuk kita baca setiap harinya. Ribuan huruf menunggu untuk kita eja. Dan ingatlah, di setiap huruf tersimpan 10 kebaikan pahala. Akankah kita menyia-nyiakannya?

“Alif Laam Raa. (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti..” (QS. Hud 1)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita rangkai. Dari huruf-huruf yang terangkai, akan terbaca kalimat-kalimat petunjuk dari Allah, akan terbaca kalimat-kalimat yang terang, kalimat-kalimat yang bercahaya, kalimat-kalimat yang menuntun manusia dari gelap menuju cahaya, kalimat-kalimat yang menerangi hati dalam dada. Tidakkah kita percaya?

“Dia lah yang menurunkan kepada hamba-hambaNya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya…” (Al Hadiid 9)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita senandungkan. Diantara ribuan senandung, saya percaya sahabat semua sepakat, senandung ayat Qur’an adalah senandung yang paling menentramkan, dan paling memberikan ketenangan. Maka senandungkan dengan khusyu’ perlahan. Sebagaimana senandung sahabat Ibnu Mas’ud ra, yang mampu membuat air mata Rasulullah menitik...

Ibnu Mas’ud ra bertutur,

"Rasulullah berkata kepadaku: `Hai Ibnu Mas'ud, bacakanlah Al Qur'an untukku!` Lalu aku menjawab: `Apakah aku pula yang membacakan Al Qur'an untukmu, ya Rasulullah, padahal Al Qur'an itu diturunkan Rabb kepadamu?` Rasulullah menjawab: `Aku senang mendengarkan bacaan Al Qur'an itu dari orang lain.` Kemudian Ibnu Mas'ud membacakan beberapa ayat dari surat An Nisaa'. Maka tatkala bacaan Ibnu Mas'ud sampai kepada ayat 41 yang artinya:

"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul dan nabi) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu);"

sedang ayat itu sangat mengharukan hati Rasulullah, lalu beliau berkata: `Cukuplah sekian saja, ya Ibnu Mas'ud!` Ibnu Mas'ud melihat Rasulullah meneteskan air matanya serta menundukkan kepalanya (HR. Bukhari)

Sahabat,

Jika kita mengaku mencintai Allah, dan jika kita mengaku mencintai Rasulullah, cukuplah itu menjadi alasan bagi kita untuk mencintai Al Qur’an. Dan salah satu tanda cinta itu, adalah dengan senantiasa membacanya. Bacalah surat cintaNya, dan bacalah warisan peninggalan Rasulullah tercinta. Akankah kita biarkan ribuan huruf itu terus menunggu, selamanya hening membisu, diam tak bicara di sudut meja? Belumkah datang saatnya bagi kita untuk tunduk menekuri huruf-huruf dari kalam yang suci?

“Belum kah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah dan (tunduk) kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan Al Kitab, kemudian berlalu lah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. al-Hadid : 16)

Sahabat,

Ribuan huruf menunggu, untuk kita eja. Maka ejalah dengan gembira. Sungguh di setiap hurufnya tersimpan sepuluh kebaikan pahala…

Ribuan huruf menunggu, untuk kita rangkai. Maka rangkailah menjadi kalimat-kalimat bercahaya penerang hati dalam dada…

Ribuan huruf menunggu, untuk kita senandungkan. Maka senandungkan dengan khusyu’ perlahan, dalam lantunan ayat suci nan menentramkan…

Ribuan huruf menunggu, sampai kapan kita membiarkan mereka menunggu? Adakah kita masih memiliki cukup waktu?



Wallahu a’lam


fnc muslimah
“Saat paling dekat bagi hamba dengan Tuhan nya adalah ketika ia bersujud. Maka perbanyaklah doa ketika kalian bersujud.”

(HR. Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i)

“Tahukah kalian kemanakah matahari itu pergi?”

Seperti halnya saya, saya yakin sebagian Sahabat tercenung dan termenung ketika mendengar pertanyaan ini. Pertanyaan inilah yang suatu kali diungkapkan Rasulullah pada para sahabatnya ketika matahari terbenam di suatu petang. Jawaban para sahabat kala itu, “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.”

Kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy,”

Rasulullah melanjutkan, “lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat.”

Sampai pada penggal ini, Rasulullah kemudian bertanya pada para sahabat, “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi?”

Dan Rasulullah menjawab sendiri pertanyaan itu, “Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”(HR. Bukhari Muslim)

Sahabat,

Mengawali tulisan ini dengan hadits diatas, saya tidak bermaksud memasuki perdebatan panjang yang masih diperselisihkan antara teori ‘bumi mengelilingi matahari’ dengan teori ‘matahari mengelilingi bumi’. Saya merasa tidak memiliki kapasitas ilmu dalam hal itu. Yang ingin saya sampaikan lewat hadits itu adalah sebuah kebenaran yang disampaikan Rasulullah -yang sampai saat ini masih membuat saya tertakjub-takjub- yakni bersujudnya matahari di bawah ‘Arsy Allah. Ya, matahari bersujud pada Allah. Dari sinilah kita akan berbincang lebih jauh setelah ini…



“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? … “ (Al-Hajj 18 )



Sahabat,

Bersujud matahari dengan cara yang tak kita mengerti. Bersujud pula rembulan dengan cara yang tak mampu kita bayangkan. Dan bersujud seluruh semesta dengan keteraturan yang tak terkira. Tunduk dan patuh mereka pada Allah. Baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa. Bersujud pula bayang-bayang mereka di pagi dan petang hari…

“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari”. (Ar-Ra’d 15 )

Sahabat,

Jika matahari, bulan, dan bintang-bintang bersujud pada Allah, tunduk dan patuh pada Allah, pantaskah kita manusia yang begitu lemah ini menolak bersujud pada Allah? Jika kita tak lebih digdaya dari matahari, tak lebih perkasa dari bulan, dan tak lebih hebat dari bintang-bintang, dengan alasan apakah kita menolak bersujud pada Allah? Bukankah Allah Maha Besar lagi Maha Perkasa?

Lalu,

Adakah kita mengaku sebagai hamba Allah yang beriman, yang tak hendak sombong kepadaNya, sedangkan kita mengingkari perintah bersujud di masjid-masjid Allah itu? Adakah kita juga mengaku sebagai hamba berbakti, yang tak hendak sombong kepadaNya, sedangkan kita melalaikan perintah bersujud di rumah-rumah Allah itu?



Sahabat,

Sungguh, tidak ada yang menghalangi iblis memenuhi perintah Allah untuk sujud kepada Adam, kecuali kesombongan dalam dirinya. Ya, dosa kesombongan. Inilah dosa iblis yang membuatnya menerima murka Allah dan terusir dari surga…

“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan” (QS. Shaad 75-78)

Walau hanya setitik, sungguh tidak ada tempat di surga bagi hamba-hamba Allah yang sombong… Astaghfirullah…

Tidak akan masuk ke dalam surga orang yang dalam hatinya terdapat setitik kesombongan. (HR Muslim)

Sahabat,

Maka menjadilah kita bagian dari orang-orang yang memperbanyak sujud pada Allah. Mereka yang melewati waktu di dunia dengan memperbanyak sujud, maka tanda bekas sujud akan kita temukan di wajah mereka. Namun tanda bekas sujud itu, bukan dahi yang hitam atau kasar sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan orang selama ini.. Melainkan wajah yang teduh, tawadlu, dan bercahaya.. Pendapat inilah yang yang dapat kita telusuri dalam tafsir Ibnu Katsir..wallahu a’lam..

“.. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya, tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka dari bekas sujud..” (Al Fath 29)

Sahabat,

Mereka yang ahli sujud, adalah mereka yang memiliki hati yang peka dan perasaan yang halus. Di setiap kali mendengar ayat-ayat Qur’an, mendengar nasehat, atau melihat segala hal yang mengingatkan pada akhirat, hal itu memberikan pengaruh yang begitu dahsyat pada diri mereka…

“..Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu`” (Al Isra’ 107-109)

Adegan dalam ayat ini, adalah adegan yang sungguh menyentuh perasaan, demikian Sayyid Quthb menguraikan dalam tafsirnya. Yakni adegan orang-orang yang diberi ilmu. Ketika mendengar Al Qur’an, mereka khusyuk dan menjatuhkan diri karena sujud. Mereka tidak mampu mengendalikan diri mereka. Mereka bukan ‘sekedar’ sujud, tetapi menjatuhkan diri ke kening untuk sujud. Lalu lidah mereka bereaksi mengucapkan apa yang berkecamuk di perasaan mereka, “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi..”. Kepekaan hati mereka begitu kuat, perasaan mereka begitu halus. Dan kata-kata tidak cukup merefleksikan apa yang bergejolak di hati mereka. Maka air mata pun mengucur deras, menggambarkan kepekaan dan halusnya perasaan mereka…

“.. Dan mereka menjatuhkan diri ke kening mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk..” (Al Isra’ 109)

Sahabat,

Bersujud matahari dengan cara yang tak kita mengerti. Bersujud pula rembulan dengan cara yang tak mampu kita bayangkan. Dan bersujud seluruh semesta dengan keteraturan yang tak terkira.. Masing-masing telah mengetahui cara sujudnya pada Allah. Maka semoga demikian pula dengan kita. Rebahkanlah kesombongan kita dan merendahlah. Letakkan dahi merapat ke bumi, bersujud memohon ampun dan meng-eja pinta kepadaNya. Semoga Dia berkenan Mendengar do’a kita, meski kadang kita lalai dari mendengar titahNya…

“Saat paling dekat bagi hamba dengan Tuhan nya adalah ketika ia bersujud. Maka perbanyaklah doa ketika kalian bersujud.” (HR. Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i)

Dan sungguh, sujud-sujud kita di masjid-masjid Allah itu, di rumah-rumah Allah itu, adalah sebagai bentuk pengakuan kita, bahwa kita tak layak sombong pada Pemilik ‘Arsy, Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar…



fnc muslimah
hari ini tepat 17 mei 2013

lagi dan lagi aku membuat suatu peristiwa yang mengakar dibenak. ya..menyakitkan...seperti sebuah kesakitan yang kutancap sendiri. aku menyakiti mereka...dan setelah itu aku pun sakit. kulihat tanganku berdarah oleh penggaris besi yang kupakai memukul mereka. bukan luka merah yang kutangisi saat ini, tapi luka batin yang terus menyayat ulu hati. kenapa aku bisa menjadi manusia sekejam itu? ini bukan aku. ini bukan diriku. ini adalah kefatalan yang kubuat sendiri. dan lagi aku membuat diriku dibenci. oleh mereka... aku benar-benar menyesal. dan aku benci pada diriku sendiri yang tak mampu menahan hati. rasanya ungkapan la tahhdob walakal jannah bukan untukku. karena aku tak bisa menahan amarahku, bagaimana Allah akan memberiku surga. Astaghfirullahala'ziimmm...
kepada Allah aku mohon ampuni aku.
dan jauhilah aku dari perilaku syaitan.
fnc muslimah



Saya mendatangi seorang guru yang bijak. Tapi guru ini rumit sekali, ilmu yang dibagikan olehnya selalu tidak langsung, penuh teka-teki dan perumpamaan. Padahal saya datang hanya untuk sebuah pertanyaan. Saya bilang, "Guru, bagaimana agar saya merasa cukup?"

Saya mengeluh dalam hati, ini akan jadi percakapan yang sulit, lihatlah, guru hanya menatap lamat-lamat.

"Guru, bagaimana agar saya merasa cukup?" Saya mengeraskan suara, takut sebelumnya tidak didengar.

Guru hanya menatap datar, seolah tidak mendengar, seolah tidak memperhatikan. Saya menyeka dahi yang berkeringat, bergumam dalam hati, memangnya saya batang pisang.

Tapi sebelum saya mengulang pertanyaan ketiga kalinya, guru akhirnya buka suara.

"Kau sungguh bertanya, atau sekadar basa-basi saja?"

Ya ampun, guru, saya menghabiskan waktu berhari2 hanya untuk menemuinya. Tentu saja saya sungguh bertanya. Memangnya ini sejenis tinggal kirim email, kirim surat, mudah sekali bertanya. Saya menemuinya lewat perjalanan panjang dan tidak murah.

Saya mengangguk mantap. Bergegas mengusir hendak berseru barusan.

"Baik. Maka akan aku berikan sebuah tugas sederhana." Guru mengangguk.

Saya semangat. Ini pasti sejenis tugas menantang sebelum guru bersedia menjawab. Sebuah tugas untuk pembuktian kalau saya sungguh2 memang bertanya. Bukan sekadar pertanyaan basa-basi: habis bertanya, dapat jawaban, mengangguk sebentar sok paham, lantas lupakan. Ini sungguh sebuah pertanyaan, yang jawabannya akan digigit hingga mati.

Guru menatapku tajam kali ini, suaranya lebih berat dan serius, "Nah, tugasnya adalah kau cari cara bagaimana mengeringkan sumur tua di komplek sekolah ini. Keringkan."

Well yeah, itu mudah, guru. Saya nyengir. Maka pertemuan itu selesai untuk sementara waktu. Besok pagi-pagi saya mulai mencari ember, mencari tali, lantas disaksikan beberapa murid guru lainnya, mulai menimba sumur tua itu, mengeluarkan seluruh isi sumur. Itu sumur tua, bau airnya, bahkan ada bangkai tikus di dalamnya. Tapi tidak mengapa, itulah poin penting tugas ini. Seharian penuh saya melakukannya. Selesai. Sorenya, bergegas menghadap guru, dengan badan penuh keringat, lumpur, dan bau.

Guru menggeleng. Saya menepuk dahi, menyesal terlalu cepat berpuas diri. Tentu saja tidak hanya satu tugas, pasti ada tugas berikutnya. "Kau keringkan rawa-rawa di belakang komplek sekolah. Habisi airnya. Itu tugas kedua. Kembali setelah selesai." Saya mengeluh dalam hati, itu tidak semudah mengurus sumur tua.

Besok pagi-pagi sekali, saya membawa seluruh peralatan yang tersedia. Rawa-rawa itu luasnya hampir satu hektar, ini tidak akan mudah dilakukan meski dengan bantuan selang-selang, pompa. Rawa-rawa itu dipenuhi nyamuk, serangga, ular berbisa, dan perdu berduri. Itu sumber penyakit bagi kampung. Berkubang mengeringkan rawa lebih sulit dibanding sumur tua. Butuh tiga minggu lebih hingga akhirnya semua air berhasil dikeluarkan. Ditambah harap-harap cemas kalau hujan turun.

Persis hari ke-27, setelah bekerja keras sepanjang hari, rawa-rawa itu kering. Saya bergegas menemui guru, dengan tubuh belepotan kotor. Kali ini, saya berhak atas jawaban tersebut. Benar-benar berhak. Itu bukan tugas sepele. Sial. Guru tetap menggeleng. Saya benar-benar mengeluh dalam. Ini serius sekali ternyata. Pertanyaan sederhana itu ternyata amat mahal harganya. "Kau keringkan danau di dekat kampung. Habisi airnya."

Ya ampun? Danau? Saya tidak sempat bertanya, protes, atau apalah. Saya sudah terduduk lesu. Murid-murid lain menatap prihatin, tapi mereka tidak berkomentar.

Besok pagi-pagi sekali, saya mendatangi danau itu. Luasnya sebelas hektar, menurut informasi penduduk setempat, dalamnya bisa mencapai sebelas meter. Astaga, ini tugas gila, bagaimana saya harus mengeringkan danau ini? Berhari-hari memikirkan caranya. Bermalam-malam mencari tahu bagaimana. Tidak ada solusinya, dengan ratusan pompa sekalipun, tdk mudah mengeringkan danau tersebut. Mata airnya menyembur dari mana-mana, banyak sungai bermuara ke dalamnya, meski ditutup sungai2 itu, tetap tidak mudah.

Di hari ke-7, saya menyerah, saya menemui guru.

"Saya tidak ingin lagi jawaban pertanyaan itu." Saya berkata pelan. Menunduk, "Saya mau pulang."

Guru tersenyum--untuk pertama kalinya.

"Kau sudah mendapatkan jawabannya, anakku."

Aku mengangkat kepala. Mulai jengkel, hei, dimana jawabannya? Sebulan lebih tinggal di sekolah itu, saya bahkan hanya disuruh jadi kuli. Menguras sumur tua, mengeringkan rawa-rawa.

Guru mengangguk, "Kau sudah mendapatkan jawabannya, anakku. Baiklah, akan aku jelaskan. Bukankah kau bertanya bagaimana merasa cukup, bukan? Maka anakku, kau bahkan tidak bisa mengeringkan danau itu. Padahal itu hanya tugas nomor dua paling sulit."

Nomor dua paling sulit? Memangnya ada tugas yang lebih sulit?

"Ada, mengeringkan lautan. Seluruh lautan di dunia ini, anakku. Apakah kau bisa mengeringkan seluruh lautan?"

"Itu mustahil!" Aku berseru.

Guru tertawa kecil, "Tentu saja tidak. Itu pekerjaan yang mudah saja. Bagaimana cara mengeringkan seluruh lautan? Maka jawabannya, kau jadikan airnya sebagai tinta untuk menulis seluruh nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Bahkan habis sudah air lautan, tidak akan cukup untuk menuliskannya. Udara yang kau hirup. Kesehatan yang kau dapat. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kaki untuk melangkah. Tidak akan cukup untuk menulis seluruh nikmat Tuhan tersebut."

"Itulah jawabannya, anakku. Kau mudah saja mengeringkan sumur, kau juga keras kepala bisa mengeringkan rawa-rawa. Mungkin juga bisa mengeringkan danau jika diberikan peralatan raksasa, tapi kau ternyata tidak bisa mengeringkan lautan. Padahal apalah artinya seluruh lautan di dunia ini dibanding nikmat Tuhan. Maka, apakah kau sekarang bertanya bagaimana merasa cukup? Kau sudah mendapatkan jawabannya. Tinggal sekarang dipikirkan. Direnungkan. Sekali kau paham, gigitlah pemahaman itu hingga mati."

Aku menatap tikar pandan yang kududuki. Terdiam hingga matahari tumbang di kaki langit sana.

source: Tere liye
Label: 0 komentar |
fnc muslimah


Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang diturunkan dia bertanya kepada Tuhan,

“Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana, saya begitu kecil dan lemah,” kata si bayi..

Tuhan menjawab,”Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu”

“Tapi di surga, apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi saya untuk bahagia.”demikian kata si bayi.

Tuhan pun menjawab, “Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia”

Si bayipun bertanya kembali,”Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu?”

Sekali lagi Tuhan menjawab,”Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa”

Si bayipun masih belum puas, ia pun bertanya lagi,” Saya mendengar di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?”

Dengan penuh kesabaran Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan jiwanya sekalipun.”

Si bayipun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaanya,” Tapi saya akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi”

Dan Tuhanpun menjawab,” Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesunggugnya Aku selalu berada di sisimu”

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya,”Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat di rumahku nanti?”

Tuhanpun menjawab “Kamu dapat memanggil malaikatmu….IBU…”

Sahabat Hikmah....
Kenanglah Ibu yang menyayangimu
Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau pergi…

Ingatkah engkau? ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu?

ingatkah engkau? ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu? dan ingatkah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit?

Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan,

kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu.

simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu membuatmu lupa untuk pulang

segeralah jenguk ibumu yang berdiri menantimu di depan pintu bahkan sampai malampun kian larut

jangan biarkan engkau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang. ketika ibu telah tiada…..

tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita
tak ada lagi senyuman indah, tanda bahagia
yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya,
yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya.
tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu makan, tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit
tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata mendoakanmu disetiap hembusan nafasnya

Kembalilah segera..peluklah ibu yang selalu menyayangimu..
ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya.

Saudara2ku, berdo’alah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya jangan biarkan engkau menyesal di masa datang kembalilah pada ibu yang selalu menyayangimu..
kenanglah semua-cinta dan kasih sayangnya….
Ibu maafkan aku, sampai kapanpun jasamu tak akan terbalaskan…

fnc muslimah


Sebuah kisah nyata penggugah hati, terjadi tahun 2005..dari seorang pengusaha di Jakarta yg merahasiakan identitasnya. Ketika dia koma di rumah sakit diantara hidup dan mati. Setelah siuman dan sadar, beberapa hari sesudahnya dia menceritakan hal ini.

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . " kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".

Dengan lembut si Malaikat berkata, “aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu".

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka".


Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhanmu rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"


Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau  ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya.. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, " Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".
Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata," Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal,karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. "Benar, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. "

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain... Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.

Terima kasih

Karena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisiknya,tapi dari kekuatan hatinya. Katakan ini dengan pelan, "Ya ALLAH, hamba mencintai-MU dan membutuhkan-MU, datang dan terangilah hati kami sekarang...!!!".



Sumber: Page Rahasia Rejeki, Jodoh, dan Mati.


Label: 0 komentar |