fnc muslimah



Saya mendatangi seorang guru yang bijak. Tapi guru ini rumit sekali, ilmu yang dibagikan olehnya selalu tidak langsung, penuh teka-teki dan perumpamaan. Padahal saya datang hanya untuk sebuah pertanyaan. Saya bilang, "Guru, bagaimana agar saya merasa cukup?"

Saya mengeluh dalam hati, ini akan jadi percakapan yang sulit, lihatlah, guru hanya menatap lamat-lamat.

"Guru, bagaimana agar saya merasa cukup?" Saya mengeraskan suara, takut sebelumnya tidak didengar.

Guru hanya menatap datar, seolah tidak mendengar, seolah tidak memperhatikan. Saya menyeka dahi yang berkeringat, bergumam dalam hati, memangnya saya batang pisang.

Tapi sebelum saya mengulang pertanyaan ketiga kalinya, guru akhirnya buka suara.

"Kau sungguh bertanya, atau sekadar basa-basi saja?"

Ya ampun, guru, saya menghabiskan waktu berhari2 hanya untuk menemuinya. Tentu saja saya sungguh bertanya. Memangnya ini sejenis tinggal kirim email, kirim surat, mudah sekali bertanya. Saya menemuinya lewat perjalanan panjang dan tidak murah.

Saya mengangguk mantap. Bergegas mengusir hendak berseru barusan.

"Baik. Maka akan aku berikan sebuah tugas sederhana." Guru mengangguk.

Saya semangat. Ini pasti sejenis tugas menantang sebelum guru bersedia menjawab. Sebuah tugas untuk pembuktian kalau saya sungguh2 memang bertanya. Bukan sekadar pertanyaan basa-basi: habis bertanya, dapat jawaban, mengangguk sebentar sok paham, lantas lupakan. Ini sungguh sebuah pertanyaan, yang jawabannya akan digigit hingga mati.

Guru menatapku tajam kali ini, suaranya lebih berat dan serius, "Nah, tugasnya adalah kau cari cara bagaimana mengeringkan sumur tua di komplek sekolah ini. Keringkan."

Well yeah, itu mudah, guru. Saya nyengir. Maka pertemuan itu selesai untuk sementara waktu. Besok pagi-pagi saya mulai mencari ember, mencari tali, lantas disaksikan beberapa murid guru lainnya, mulai menimba sumur tua itu, mengeluarkan seluruh isi sumur. Itu sumur tua, bau airnya, bahkan ada bangkai tikus di dalamnya. Tapi tidak mengapa, itulah poin penting tugas ini. Seharian penuh saya melakukannya. Selesai. Sorenya, bergegas menghadap guru, dengan badan penuh keringat, lumpur, dan bau.

Guru menggeleng. Saya menepuk dahi, menyesal terlalu cepat berpuas diri. Tentu saja tidak hanya satu tugas, pasti ada tugas berikutnya. "Kau keringkan rawa-rawa di belakang komplek sekolah. Habisi airnya. Itu tugas kedua. Kembali setelah selesai." Saya mengeluh dalam hati, itu tidak semudah mengurus sumur tua.

Besok pagi-pagi sekali, saya membawa seluruh peralatan yang tersedia. Rawa-rawa itu luasnya hampir satu hektar, ini tidak akan mudah dilakukan meski dengan bantuan selang-selang, pompa. Rawa-rawa itu dipenuhi nyamuk, serangga, ular berbisa, dan perdu berduri. Itu sumber penyakit bagi kampung. Berkubang mengeringkan rawa lebih sulit dibanding sumur tua. Butuh tiga minggu lebih hingga akhirnya semua air berhasil dikeluarkan. Ditambah harap-harap cemas kalau hujan turun.

Persis hari ke-27, setelah bekerja keras sepanjang hari, rawa-rawa itu kering. Saya bergegas menemui guru, dengan tubuh belepotan kotor. Kali ini, saya berhak atas jawaban tersebut. Benar-benar berhak. Itu bukan tugas sepele. Sial. Guru tetap menggeleng. Saya benar-benar mengeluh dalam. Ini serius sekali ternyata. Pertanyaan sederhana itu ternyata amat mahal harganya. "Kau keringkan danau di dekat kampung. Habisi airnya."

Ya ampun? Danau? Saya tidak sempat bertanya, protes, atau apalah. Saya sudah terduduk lesu. Murid-murid lain menatap prihatin, tapi mereka tidak berkomentar.

Besok pagi-pagi sekali, saya mendatangi danau itu. Luasnya sebelas hektar, menurut informasi penduduk setempat, dalamnya bisa mencapai sebelas meter. Astaga, ini tugas gila, bagaimana saya harus mengeringkan danau ini? Berhari-hari memikirkan caranya. Bermalam-malam mencari tahu bagaimana. Tidak ada solusinya, dengan ratusan pompa sekalipun, tdk mudah mengeringkan danau tersebut. Mata airnya menyembur dari mana-mana, banyak sungai bermuara ke dalamnya, meski ditutup sungai2 itu, tetap tidak mudah.

Di hari ke-7, saya menyerah, saya menemui guru.

"Saya tidak ingin lagi jawaban pertanyaan itu." Saya berkata pelan. Menunduk, "Saya mau pulang."

Guru tersenyum--untuk pertama kalinya.

"Kau sudah mendapatkan jawabannya, anakku."

Aku mengangkat kepala. Mulai jengkel, hei, dimana jawabannya? Sebulan lebih tinggal di sekolah itu, saya bahkan hanya disuruh jadi kuli. Menguras sumur tua, mengeringkan rawa-rawa.

Guru mengangguk, "Kau sudah mendapatkan jawabannya, anakku. Baiklah, akan aku jelaskan. Bukankah kau bertanya bagaimana merasa cukup, bukan? Maka anakku, kau bahkan tidak bisa mengeringkan danau itu. Padahal itu hanya tugas nomor dua paling sulit."

Nomor dua paling sulit? Memangnya ada tugas yang lebih sulit?

"Ada, mengeringkan lautan. Seluruh lautan di dunia ini, anakku. Apakah kau bisa mengeringkan seluruh lautan?"

"Itu mustahil!" Aku berseru.

Guru tertawa kecil, "Tentu saja tidak. Itu pekerjaan yang mudah saja. Bagaimana cara mengeringkan seluruh lautan? Maka jawabannya, kau jadikan airnya sebagai tinta untuk menulis seluruh nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Bahkan habis sudah air lautan, tidak akan cukup untuk menuliskannya. Udara yang kau hirup. Kesehatan yang kau dapat. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kaki untuk melangkah. Tidak akan cukup untuk menulis seluruh nikmat Tuhan tersebut."

"Itulah jawabannya, anakku. Kau mudah saja mengeringkan sumur, kau juga keras kepala bisa mengeringkan rawa-rawa. Mungkin juga bisa mengeringkan danau jika diberikan peralatan raksasa, tapi kau ternyata tidak bisa mengeringkan lautan. Padahal apalah artinya seluruh lautan di dunia ini dibanding nikmat Tuhan. Maka, apakah kau sekarang bertanya bagaimana merasa cukup? Kau sudah mendapatkan jawabannya. Tinggal sekarang dipikirkan. Direnungkan. Sekali kau paham, gigitlah pemahaman itu hingga mati."

Aku menatap tikar pandan yang kududuki. Terdiam hingga matahari tumbang di kaki langit sana.

source: Tere liye
Label: 0 komentar |
fnc muslimah


Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Menjelang diturunkan dia bertanya kepada Tuhan,

“Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana, saya begitu kecil dan lemah,” kata si bayi..

Tuhan menjawab,”Aku telah memilih satu malaikat untukmu, ia akan menjaga dan mengasihimu”

“Tapi di surga, apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi saya untuk bahagia.”demikian kata si bayi.

Tuhan pun menjawab, “Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih berbahagia”

Si bayipun bertanya kembali,”Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu?”

Sekali lagi Tuhan menjawab,”Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa”

Si bayipun masih belum puas, ia pun bertanya lagi,” Saya mendengar di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?”

Dengan penuh kesabaran Tuhanpun menjawab, “Malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan jiwanya sekalipun.”

Si bayipun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaanya,” Tapi saya akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi”

Dan Tuhanpun menjawab,” Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesunggugnya Aku selalu berada di sisimu”

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya,”Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat di rumahku nanti?”

Tuhanpun menjawab “Kamu dapat memanggil malaikatmu….IBU…”

Sahabat Hikmah....
Kenanglah Ibu yang menyayangimu
Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau pergi…

Ingatkah engkau? ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu?

ingatkah engkau? ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu? dan ingatkah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit?

Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan,

kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu.

simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu membuatmu lupa untuk pulang

segeralah jenguk ibumu yang berdiri menantimu di depan pintu bahkan sampai malampun kian larut

jangan biarkan engkau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang. ketika ibu telah tiada…..

tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita
tak ada lagi senyuman indah, tanda bahagia
yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya,
yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya.
tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu makan, tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit
tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata mendoakanmu disetiap hembusan nafasnya

Kembalilah segera..peluklah ibu yang selalu menyayangimu..
ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya.

Saudara2ku, berdo’alah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya jangan biarkan engkau menyesal di masa datang kembalilah pada ibu yang selalu menyayangimu..
kenanglah semua-cinta dan kasih sayangnya….
Ibu maafkan aku, sampai kapanpun jasamu tak akan terbalaskan…

fnc muslimah


Sebuah kisah nyata penggugah hati, terjadi tahun 2005..dari seorang pengusaha di Jakarta yg merahasiakan identitasnya. Ketika dia koma di rumah sakit diantara hidup dan mati. Setelah siuman dan sadar, beberapa hari sesudahnya dia menceritakan hal ini.

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . " kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".

Dengan lembut si Malaikat berkata, “aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu".

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka".


Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhanmu rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"


Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau  ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya.. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, " Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".
Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata," Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal,karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. "Benar, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. "

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain... Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.

Terima kasih

Karena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisiknya,tapi dari kekuatan hatinya. Katakan ini dengan pelan, "Ya ALLAH, hamba mencintai-MU dan membutuhkan-MU, datang dan terangilah hati kami sekarang...!!!".



Sumber: Page Rahasia Rejeki, Jodoh, dan Mati.


Label: 0 komentar |
fnc muslimah



Entah kenapa, tiap kali melihatmu…. Selalu saja ada gerimis di hati…
Ya… entah tak bisa kusebut lagi, perasaan macam apa ini?
Tak tahukah… bahwa sudah begitu banyak ilmu yang kuambil darimu….
Bahkan semakin banyak aku belajar darimu, semakin aku merasa tak cukup, aku tak mampu
untuk menggapaimu….
Karena… kau terlalu indah bagiku….
Kau terlalu sempurna di mataku….

Suatu ketika aku merasakan ada yang aneh dalam diriku namaun entahlah aku tak tahu apa itu..
Yang aku rasa aku hanya takut, takut dan takut…
Dan kini, aku semakin tertunduk dalam-dalam….
Mencoba, menerka isi hati…
Ternyata aku mencintaimu, aku terserang virus-virus merah jambu…

Aku cemburu ketika aku hanya tahu, menyaksikan semua yang ada padamu, kedekatanmu dengannya, hatiku begitu sakit, seakan ada kupu-kupu menari diperutku, ada yang menjebol paksa tanggul sungai air mataku, aku sakit, tersiksa, aku cemburu, karenamu…

hmmm...

Akhii afwan jiddan…

afwan sebelumnya, akhi...

sebenarnya tak seharusnya aku menulis ini, karena memang tak sepantasnya aku mengungkapkan hal ini.
akhi, afwan sekali lagi ...

sudah sangat lama aku memendamnya terserah antum mau membacanya hingga akhir atau langsung membuang surat ini setelah membaca kalimat ini
Tak bisa kupungkiri, aku senang akhi, sangat senang.
Awalnya kau maminta izin untuk sekedar mengobrol sedikit.

Parahnya aku meng-iyakan dan memperbolehkan karena aku fikir hal ini tak akan pernah terjadi. Aku kira tak akan berlanjut hingga larut. Namun entah apa yang menghambatku, aku tak bisa menghentikan pembicaraan itu. Mungkin syaitan telah menguasai kelemahanku. Astaghfirullah…

Kemudian ia kembali berlanjut hingga hari kesekian. Subhanallah, entah apa yang merasukiku. Aku tak tahu perasaan itu. Namun tiap kau mengirim pesan meski itu hanya sebuah pesan tausyiah aku merasa istimewa. Apalagi selanjutnya kau mengajakku mengobrol panjang lebar. Makin berbungalah aku yang kemarin masih sebuah kuncup yang malu-malu.

Astaghfirullah, aku malu mengingatnya akhi. Saat kau mulai memuji sesuatu dariku meski hanya pujian biasa yang kau utarakan juga pada saudaramu yang lain. Atau sekedar salam ukhuwah yang biasa kita sampaikan pada rekan seperjuangan. Itu semua telah mengubahku. Mengubah cara pandangku padamu. Padamu yang kini mulai istimewa dimataku.

Aku tak bisa mengelak, aku mulai tersihir dan jatuh. Jatuh pada perasaan yang dibalut indah oleh musuh sejati kita, syeitan yang terkutuk itu.
Masyaallah…siasat syeitan itu sangat halus bukan, akhi? Aku merasakannya kini. Astaghfirullah…

Sekian lama pula aku mengingkari siasat ini. Aku yakin kau terjaga dan takkan melakukan hal bodoh macam apapun. Dan aku yakin kau lebih mengetahui tentang masalah itu. Masalah yang selalu menjadi topik hangat saat kita seusia remaja. Aku sangat yakin kau lebih faham. Kau lebih faham.

Aku menangis karena mengyesal telah melakukan perbuatan paling bodoh sedunia. Karena aku membuka pintu bagi siasat itu berada dalam relung. Kemudian menyamar indah bak bintang kejora. Membawaku mengelana di semesta raya yang kemilau. Kemudian memberiku zamrud yang indah. Namun tanpa sadar aku sebenarnya berada pada jurang hina.

Aku menangis karena aku menyadari dirikulah yang membuatmu terjatuh dalam. Akulah sumber salahmu yang membuatmu melepaskan hijab dan izzah yang selama ini kau pegang erat. Akulah yang menjadi noda di beningnya hatimu. Akulah yang membiarkanmu jua tenggelam dalam siasat menyesatkan ini.

Maka maafkan aku yang khilaf ini akhi. Maafkan aku yang berlumur dosa ini. Maafkan aku yang menggunung salah.
Aku tak akan lagi menanyakan apapun padamu. Aku ingin kembali menenangkan hati Kembali pada Illahi mungkin belum terlambat. Akhi, jika kau tak bisa mamahami pintaku ini, maka MINTALAH AKU PADA ORANGTUAKU DAN HALALKAN AKU BAGIMU !! hehehh ^.^

Kini aku menyadari …
Dan kini, aku semakin tertunduk dalam-dalam….
Aku kembali Mencoba, menerka isi hati…
Mendadak aku semakin pilu… tergugu dalam kesendirianku…

Dan seketika itu pun aku mendapatkan sebuah nasehat
“Bgitulah dilemanya seorg gadis, ia hnya bisa berkata,kenapa bukan ak yg dipilih? Tp yakinkan dirimu bahwa engkau muslimah yg tangguh,jangan cengeng. Ingat, jangan bermain-main dengan perasaan karena itu akan membuat dirimu lemah. Menangislah, jika itu bisa meringankan bebanmu.Menangis adalah pelampiasan jiwa dari hati yg sekarat. Pernahkah kamu menangisi dosa-dosamu..?? Menangis krn takut padaNYA? bukankah nabi kita sudah brsabda,api neraka tdk mampu menyentuh orang yg meneteskan airmta krn takut kpd Allah.”

Aku menangisssssss…..
melebur semua air mataku ketika aku mendapat nasehat itu..
Astaghfirullah Adakah Allah dalam tiap langkah kakiku… adakah Allah dalam tiap pandangan mataku… adakah Allah dalam tiap ucap lisanku…. adakah Allah dalam tiap ikhtiarku di jalan ini….

Astaghfirullah …
Sungguh… betapa aku tak bisa…
Berkata-kata lagi.. aku cemburu padamu, Tapi aku tak pernah sadar bahwa ada yang lebih cemburu , Dia cemburu jika aku seperti itu…

Kini cemburuku bukan kepadamu lagi akhii
Aku gantikan kata cemburuku, cemburu yang pantas …
Aku cemburu pada mereka wanita shalihah yang selalu menghiasi dunia …
Kini akan ku buktikan BUKAN AKU YANG HARUS CEMBURU PADA BIDADARI ,TAPI BIDADARI YANG HARUS CEMBURU PADAKU ..InsyaAllah ^_^

Karena aku juga cemburu,..
karena akhlaq para shahabiyah yang kini telah menawan hatiku…
Karena aku begitu cemburu,
karena ku inginkan rasa malu itu menjadi penghias akhlaq dan keimananku,.. yang menjadikan Khodijah, Aisyah, Fatimah, Hafsah dan shahabiyah yang lain lebih terjaga oleh rasa melebihi terjaganya seorang gadis dalam pingitan. Sungguh kini…. aku benar-benar CEMBURU . . . . .
C.E.M.B.U.R.U padamu ukhty
pada Ukhti Sholehah karena akhlaqmu yang begitu menawan itu
Karena itu Aku Cemburu…..

Barakallahu Fiikum , Banyak sayang dan cinta ^_^

Label: 0 komentar |