fnc muslimah

Bismillah..

‘Utbah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu yang berpesan kepada pendidik putranya: “Ajarilah dia Kitabullah, puaskan dia dengan hadits dan jauhkan dia dari syair.” (dinukil dari Waratsatul Anbiya`, hal. 30)

‘Ali bin ‘Ashim Al-Wasithi rahimahullahu menceritakan tentang kesungguhan pengorbanan ayahnya, “Ayahku pernah memberiku uang seratus ribu dirham sambil berkata, ‘Pergilah untuk menuntut ilmu, dan aku tak ingin melihat wajahmu kecuali setelah engkau menghapal seratus ribu hadits!’.” ‘Ali pun pergi jauh untuk menuntut ilmu, kemudian pulang untuk mengajarkan ilmu yang didapatkannya, sampai-sampai yang hadir di majelisnya lebih dari tigapuluh ribu orang. (dinukil dari Waratsatul Anbiya`, hal. 32).

Al-Mu’tamir bin Sulaiman mengisahkan tentang pesan sang ayah, “Ayahku pernah menulis surat padaku saat aku berada di Kufah, ‘Belilah buku dan catatlah ilmu, karena harta itu akan musnah, sementara ilmu itu akan kekal’.” (dinukil dari Waratsatul Anbiya`, hal. 32)

“Barangsiapa yang akhirat menjadi tujuannya, Allah akan jadikan kekayaan dalam hatinya, dan Allah kumpulkan baginya urusannya yang tercerai-berai, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan suka kepadanya. Dan barangsiapa yang dunia menjadi cita-citanya, Allah akan jadikan kefakiran di depan matanya, Dia cerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali hanya apa yang telah ditentukan baginya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2465, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi: Shahih).

Ibnul Jauzi rahimahullahu pernah menasihati putranya dan menganjurkannya untuk menyibukkan diri dengan ilmu. Beliau berkata, “Ketahuilah, ilmu itu akan mengangkat orang yang hina. Banyak kalangan ulama yang tidak memiliki nasab yang bisa dibanggakan dan tidak punya wajah yang rupawan.”

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya dengan ilmu tersebut, jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

“Satu bab ilmu agama yang dipelajari oleh seseorang lebih baik baginya daripada dunia seisinya.” (dinukil dari Waratsatul Anbiya`, hal. 18)

“Ilmu itu lebih baik daripada harta, karena ilmu akan menjagamu sementara harta harus engkau jaga. Ilmu akan terus bertambah dan berkembang dengan diamalkan sementara harta akan terkurangi dengan penggunaan. Dan mencintai seorang yang berilmu adalah agama yang dipegangi. Ilmu akan membawa pemiliknya untuk berbuat taat selama hidupnya dan akan meninggalkan nama yang harum setelah matinya. Sementara orang yang memiliki harta akan hilang seiring dengan hilangnya harta. Pengumpul harta itu seakan telah mati padahal sebenarnya dia masih hidup. Sementara orang yang berilmu akan tetap hidup sepanjang masa. Jasad-jasad mereka telah tiada, namun mereka tetap ada di hati manusia.” (dinukil dari Min Washaya As-Salaf, hal. 13-14).

“Dan katakanlah: Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu padaku.” (Thaha: 114)

“Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?” (Az Zumar: 9).

KESIMPULAN:
Semua ilmu yg diturunkan kebumi berasal dari Allah, Dzat Yang Ilmunya Tak Terbatas.
Semua ilmu pengetahuan adalah PENTING.
Tapi tanpa didasari dgn pengetahuan agama, penerapan ilmu pengetahuan akan pincang.

Wallahua'lam



fnc muslimah

Malam ini aku ingin berbicara lagi tentang persahabatan, humz.. kenapa selalu tentang persahabatan karena bagiku itu adalah ukhuwah yang nyata. Apa sih persahabatan menurut pendapat kamu? kalau menurutku adalah bagian hidup. yupz separuh bagian hidupku selalu kuisi dengan sebuah hubungan indah bernama persahabatan, Allah pernah berkata dalam kalamnya bahwa ia menciptakan manusia agar saling kenal mengenal satu dengan yang lainnya, untuk itu wajiblah kita sebagai manusia yang beriman untuk saling bersosialisasi dengan sesama (jangan sendiri aja, emang nggak butuh temen?) hehe..


persahabatanku itu nggak selalu indah kok, janganlah berpikir bahwa dalam sebuah hubungan harus selalu manis, pasti ada asem, asin dan pahitnya juga (wah seperti nano-nano yah) hehe.. ya seperti persahabatanku, pernah suatu ketika sebuah persahabatan yang kujalin dengan penuh kepercayaan, dimusnahkan oleh satu kata bernama kemunafikan. ya.. dia seorang teman yang sangat kupercaya, ternyata dibelakangku berbicara buruk dan bahkan menjelekan aku. aku sungguh sangat sakit hati saat itu, sebuah hubungan kebersamaan kami selama tiga tahun dimasa sekolah SMA harus hancur diakhir-akhir perpisahan kami. dan sampai kini aku masih sangat sakit, walaupun pernah kutepis oleh sebuah senyum tulus dihari pernikahannya kemarin.


dalam perjalanan hidupku banyak sahabat yang hadir terutama sahabat-sahabat SMPku, selama 3 tahun menempuh pendidikan bersama, ternyata sampai saat ini saat kami telah sama-sama masuk dalam dunia kerja kami masih berhubungan, yah walaupun jarang bertemu tapi kami masih kompak dalam hal kondangan bersama.. hahaha..
(priyati, juleha dan amelia miss u forever)


sahabatku adalah saudaraku, itulah prinsipku, bukankah semua umat muslim itu bersaudara, dan oleh karena itu aku sangat menyayangi sahabatku sama seperti saudaraku sendiri, bahkan ketika mereka sakit jatuh dan terluka seakan diriku pun seperti itu, dan bila mereka diterpa bahagia aku pun juga seakan merasakannya, disini dikedalaman hati yang terdalam aku sungguh saangat memperhatikan mereka, ya sahabatku yang aku sayangi dan kasihi. mereka bagian dari diary hidupku.


banyak sahabat yang mengitari hidupku, dulu kupikir setelah aku kehilangan sahabat masa kecilku karena aku harus pindah rumah aku tidak akan mendapatkan teman lagi, ternyata Allah menghadirkan teman yang lain yang jauh lebih baik dari mereka, dan ketika aku kehilangan sahabatku Allah akan mengghadirkan sahabat yang lain, begitu seterusnya,  bukankah seperti sebuah perumpamaan ada yang datang dan ada yang pergi, tapi yang berhenti dan tetap ada disisi kita sampai saat ini itulah sahabat sejati.


siapa sahabat sejatimu kawan? sahabat sejati itu bukan yang selalu ada bersamamu saja, bukan yang selalu menemanimu ketika senang saja, dan bukan yang selalu menemanimu ketika belanja atau belajar tetapi sahabat sejatimu adalah seseorang yang akan ada disaat apapun walau badai katarina atau tsunami menerpamu(ihh lebay) ia akan senantiasa bersamamu, dan sahabat sejatimu adalah seorang yang mampu mengingatkanmu pada kehidupan akhirat bukan hanya dunia saja dan dia tidak akan menghibahmu dari aib dan kesalahan. nah sahabat seperti itulah yang sesungguhnya yang terbaik yang datang dari Allah karena ia adalah kunci pembuka pintu-pintu keillahian, so jangan sampai kehilangan sahabat seperti itu yah.


hmmm.. melihat gambar  diatas mengingatkaanku pada masa sekolah dulu, kami selalu berbagi dalam hal apapun, makanan atau barang, bahkan bisa saja satu makanan dimakan rame-rame. memang yah sahabat SMA itu yang paling berkesan, untungnya sekarang mereka masih disisiku meski sudah ada sebagian yang telah menggenapkan diennya tetapi kami selalu berusaha untuk meluangkan waktu bersama. menurut hadist nabi "tidak akan masuk surga bagi yang memutuskan tali silaturahmi" untuk itu kalau bisa jangan sampai persahabatan terputus walau dipisah jarak, waktu dan kesibukan masing-masing.

memahami, menerima, mengerti, percaya, dan jujur adalah kunci menjaga sebuah hubungan persahabatan, kecewa, kesal pasti pernah kita rasakan dari sahabat kita tapi kalau yang namanya sahabat ya seharusnya mengerti, walau kadang menjengkelkan ya seharusnya menerima dan memahami, jangan malah kita ikutan marah dan kesal bukankah seharusnya kita memandang segalanya dari dua sisi ya jangan lihat jeleknya saja tapi inget juga saat-saat ia baik dengan kita. so pahamilah dan mengertilah sahabatmu.


wahai sahabatku yang datang melalui arus waktu, sebuah kata cinta dan sayang merebak bercahaya dalam hidup, mengikat erat lekat bak permen dan karetnya. menulis cerita yang berbingkai, berharap arungi masa kerut dan lapuk dalam jalan yang sama.











fnc muslimah

Tidak dapat dipungkiri bahwa hati terdalam seorang wanita adalah ingin dicintai, disayang dan didamba tetapi untuk mendapatkan seorang yang dapat mencintai kita dengan tulus itu sangat sukar ditemukan di dunia yang fana ini, seorang perempuan sholeha tentu menginginkan seorang yang juga sholeh begitu juga sebaliknya, tetapi ada pula seorang dengan akhlak yang buruk dan jauh dari agama menginginkan jodoh yang baik sholeh dan menerimanya apa adanya, itu wajar saja karena siapa sih yang mau dapat jodoh yang tidak baik, pastilah ingin yang terbaikkan? alla innawa'dallah "sesungguhnya janji Allah itu benar" bahwa seorang laki-laki yang baik pasti akan mendapatkan yang baik pula, begitu juga sebaliknya. namun mengingat ayat Allah tersebut pernahkah kita mengoreksi diri kita sendiri? ya seperti apa diri kita ini sesungguhnya, baikkah? tidak baikkah? atau setengah-setengah?? disini kadar kebaikan itu cukup luas pengertiannya, dari sikap? tutur kata? perilaku? atau hati? yang pasti kebaikan disini tentulah kebaikan dunia dan akhirat. pernah dengar seorang teman berkata "jodoh kamu itu ya seperti apa kamu" hmmm jadi speechless mendengarnya. yupz mungkin maksudnya cerminan diri, aku rasa hal itu benar kawan, kalau mau dapat yang baik, sholeh rajin sholat, ramah, murah senyum, sabar, kerja keras, penyayang, setia, jujur, adil (duh banyak sekali) ya semua itu harus berkaca pada diri kita, sudahkan kita seperti itu? jodoh itu datangnya dari Allah, dan kunci untuk mendapat jodoh yang terbaik dari Allah itu ya harus menjadi yang terbaik disisi Allah. pernah dengar kata seorang teman "Cintailah Allah terlebih dahulu maka Allah akan mendatangkan jodoh untukmu yang mencintai Allah dan mencintaimu karenaNYA" siapa sih yang nggak mau dapat jodoh yang terbaik yang mencintai kita karena Allah, pastinya mau kan? nah yuk kita apload perubahan menjadi muslimah sholehah yang pantas dan layak dimiliki oleh seseorang yang beruntung yang mencintai Allah. hehehe.. jangan lupa berdoa sama Allah, dan kalau sudah didatangkan tanya sama pemilik jiwa apakah benar ia untukmu dan terbaik untukmu. ada doanya nih.. cek ricek ya...

bismillahirrahmanirrahim...
Robbi hablii min ladunka zaujan thoyyiban wayakuuna shohiban lii fiddiini waddunyaa wal aakhiroh..
Artinya: Ya Robb berikanlah kpdku pasangan yg trbaik dr sisi-Mu, pasangan yang menjadi sahabatku dalam urusan agama,urusan dunia dan akhirat.

aaminnnn....

hmmm.. ada lagi nih yang lain mengenai cinta karena Allah, sebuah lirik lagu yang mengena banget dihati, judulnya CINTAI AKU KARENA ALLAH (CAKA) milik Novi KDI, dangdut sih.. tapi dangdut kan is the music of my country kan so..enjoy it..

cintai aku..
sayangi aku..
kasihi aku..
miliki aku..

cintai aku karena Allah
Sayangi aku karena Allah
kasihi aku karena Allah
miliki aku karena Allah

bukan langit, bukan bumi
bukan bulan, matahari
kau jadikan saksi cinta
hanya Allah sang Maha Cinta

bukan harta, bukan rupa
bukan pula kehebatan
iman dan takwamu sayang
mencintamu aku tenang

kuingin menjadi surga
dalam lembaran hidupmu
menjadikan engkau imam
bimbing aku jalan kebenaran

baguskan liriknya so.. semoga kita mendapatkan seseorang yang mencintai kita karena Allah. ^_^
fnc muslimah
Jika sebuah tulisan dapat memasukkan seorang ke dalam surga, maka tak bakal secuil pun aku merasa iri pada hal tersebut. Jika sebuah tulisan dapat meringankan laknat seorang pendosa, maka tak bakal sekata pun kuucap sebagai protes kepada Tuhan. Namun, jika tulisan belum cukup untuk mengentas seorang ahli neraka ke surga, tak setimpal untuk meringankan laknat seorang pendosa, maka, benar-benar aku bakal memohon hingga payah bibirku memohon, agar Tuhan memasukkan Finna ke surga-Nya.
Sungguh, tak sedetik pun terbesit di pikirku jika Finna akan mati begitu sia-sia. Begitu hina. Seorang yang begitu dan melulu dipuji siapa saja yang mengenalnya, seorang yang selalu membikin orang di sekitarnya iri akan segala yang ada padanya, seorang yang bahkan sudah bisa melihat masa depannya begitu cemerlang, lantas menghabisi nyawanya sendiri juga benih bayi haram dalam perutnya. Siapa sangka?
***
1 Desember sebelas tahun silam,
Aku disergap kegembiraan yang amat. Besok ulang tahunku. Tapi bukan ulang tahun yang menggembirakan hatiku. Ada yang mengatakan Finna hamil dengan teman sepenulisnya. Berita sudah menyebar. Namanya akan hancur. Ia akan dihujat manusia seantero kampus. Besok pagi ia tak bakal lagi duduk di sampingku di kelas Linguistik. Besok aku bakal jadi nomor satu di kelas Linguistik. Aku senang tak alang kepalang. Siapa sangka orang sesantun, secerdas, dan sehebat Finna juga bisa khilaf begitu. Besok manusia seantero kampus akan menggunjing moral busuknya. Aku tak sabar ingin besok. Besok, akan ada puluhan mahasiswa memporak-porandakan ruang BEM. Ketua BEM berlaku terkutuk, turunkan saja! Besok, aku yang bakal memimpin puluhan mahasiswa tersebut. Ah, kenapa tak kunjung besok?
Tapi kan dia temanku? Siapa peduli!
Esok harinya,
Di lorong gedung T4 Bahasa Inggris,
Tak kusangka Finna berani berangkat ke kampus. Ia sapa semua manusia seantero kampus. Tak mau peduli yang didapat hanya tatap bengis dan jijik. Finna menebar senyum ke semua manusia seantero kampus. Mengais empati. Mengemis! Seorang Finna, mengemis! Ajaibnya! Aku memandangnya serupa Finna itu wanita pincang memohon uang lima ratus perak. Merangkak ke sana ke mari. Tak ada yang memberi. Tak ada yang mengasihi. Betapa dua hari lalu pemandangan adalah serba kebalikan. Dua hari lalu, baik mahasiswa kawakan atau yang baru, semua pasang muka ramah. Pasang senyum cantik. Menawari ini. Menawari itu. Syukur-syukur dilirik Finna. Betapa beruntungnya jika jadi teman Finna. Setiap hari bisa nebeng tenar. Betapa enaknya kecipratan tenar seorang penulis muda kenamaan. Aku memandang serupa seantero kampus adalah manusia pincang yang mengharap kasih seorang Finna. Merangkak mengekor di punggung Finna. Ke sana ke sini serupa menghamba. Siapa sangka dunia bakal membalik hari ini? Lagi, aku gembira sangat. Tapi kan dia yang paling berjasa padaku? Siapa peduli!
“Rilnia...” ucapnya takut-takut melirikku lantas secepat kilat menunduk. Melirikku lagi. Menunduk lagi. Aku bisu.
“Rilnia...” ucapnya takut-takut melirikku lantas secepat kilat menunduk dan meremas-remas ujung jilbabnya. Melirikku. Menunduk. Melirik. Menunduk. Aku bisu.
“Kau masih temanku kan?” betapa aku merasa kastaku naik dua ratus tingkat disembah begitu. Oleh manusia yang pernah dipuji ribuan manusia lain. Dalam tubuhnya memuat ribuan pujian. Dan sekarang tubuh itu memelas, mengharap kasih seorang “aku”. Betapa besar diriku hari ini!
“Pendosa!” tatapku menghujam. Bolehlah dua hari lalu aku sepatu butut sedang ia tokoh kenamaan yang mengangkat derajatku dengan mengenakan “aku”. Aku yang sedetik pun tak dihiraukan oleh manusia seantero kampus tiba-tiba masuk hitungan. Aku mulai dilirik. Mulai dibicarakan. Mulai dipanggil! Tapi betapa aku gembira sangat bercampur dengan dendam yang juga sangat. Tak seorang pun tahu namaku, lebih tepatnya tak mau tahu siapa namaku. Mereka lebih senang menyebutku temannya Finna. Betapa tiap detik aku memeram dendam kesumat. Mengaharap aku bertukar hidup dengannya. Dia sepatu butut. Aku tokoh kenamaan. Atau, aku tak pernah dapat kesempatan mengenalnya! Berteman dengannya, tak perlu! Bikin hati nyut-nyut saja!
“Wanita jalang!” aku terbang tinggi sekali saat hujat itu meluncur cantik dari bibirku. Rasakan!
“Pendosa!” lagi. Lagi. Lagi. Ingin kuhujat ia seribu lagi. Sejuta lagi, bahkan lebih! Rasakan! Rasakan! Rasakan! Rasakan!
***
Oktober sebelas tahun silam,
Yang bapakku tahu, aku gadis cerdasnya. Kuliah dibayar pemerintah. Juara satu dari SD sampai SMA. Semua guru SD sampai SMA mengenal anak gadisnya. Hafal benar nama anak gadisnya adalah Rilnia Metha Sofyan. Anak gadisnya itu cerdas bukan buatan. Yang bapakku tidak tahu, aku kuliah di PTN kumpulan anak-anak cerdas jadi satu. Aku cerdas. Teman-temanku juga cerdas. Nilaiku bagus-bagus. Nilai temanku bagus-bagus. Yang lebih bapakku tidak tahu, aku bukan lagi nomor satu. Nomor satu adalah milik Finna. Selama-lamanya. Selama-lamanya, selalu, melulu, adalah milik Finna. Benar-benar aku tak kan pernah jadi nomor satu. Sedang yang aku tidak tahu, bapakku, karena saking senangnya aku dapat beasiswa, berkisah pada tetangga. Alkisah aku adalah jawara di kampus. Alkisah, aku seorang mahasiswi kenamaan. Dikenal karena saking pintarnya. Disegani manusia seantero kampus, baik mahasiswa, dosen, maupun tukang kebun. Suatu hari, waktu bapakku itu ada urusan di kota bersama kawannya, ia tandang ke kampusku.
“Anakku itu pintarnya bukan buatan, Wan,” bapakku berbangga. Orang yang diajaknya bicara itu nampak terkesan.
“Dulu tiap rapotan aku selalu dipanggil ke panggung untuk menemaninya menerima hadiah”, bapakku kian bangga. Iwan, teman bapakku itu, kian kagum pula. Kagum bukan buatan.

Sampai di kampus, bapak mencari Fakultasku. Sampai di fakultas, bapak mencari jurusanku. Ditanyai tiap muda-mudi di sana.

“Mas, kalau boleh tahu Rilnia di mana ya?” muda-mudi yang ditanyai tersentak. Memangnya siapa juga Rilnia. Apa untungnya kenal Rilnia. Buat apa tahu Rilnia di mana, sedang apa.

“Maaf, kami gak kenal Rilnia, Pak.”

“Rilnia yang pintar itu lho, yang kuliahnya gratis dibayar pak mentri itu, masak gak kenal?”

“Maaf ya Pak sebelumnya, saya juga pintar, juga dibayar pemerintah! Juga gak kenal siapa itu Rilnia!”

Bapakku tercengang. Temannya menepuk-nepuk pundaknya.

“Barangkali itu bukan mahasiswa sini, Wan.” Bapak tak mau kalah. Dihampirinya seorang dosen yang tengah membaca pengumuman di mading.

“Permisi Bu, ibu kenal tidak sama Rilnia Metha Sofyan?”

“Oh, maaf sekali Pak, bukannya apa-apa, tapi mahasiswa saya itu banyak sekali Pak. Lupa juga saya nama-nama mereka.” Si dosen mengulum senyum seramah mungkin.

Bapakku tercengang. Temannya menepuk-nepuk pundaknya. Tapi belum dirasanya dirinya kalah. Dihampiri pula dua gadis dekat perpustakaan.

“Maaf, mbak ini kenal gak sama Rilnia?”

“Rilnia? Siapa ya Pak?”

“Rilnia Metha Sofyan, Mbak”
“Oh, temannya Finna itu ya Pak?”
“Finna? Siapa itu Finna?”

“Finna itu mahasiswa paling pintar di sini, Pak.”

“Bukannya Rilnia juga pintar, Mbak?”

“Rilnia sih kalah jauh sama Finna Pak, Finna itu terkenal, semua Mahasiswa dan dosen di sini mengenal Finna karena saking pintarnya, Rilnia sih cuma temannya anak yang super pintar.”

Kalah. Tak dapat terpungkir lagi bapakku tengah kalah. Dibiarkannya temannya itu menepuk-nepuk pundaknya.

Yang baik aku dan bapakku tahu, kami saling sayang. Sejak kutahu kisah itu, kukutuk Finna yang sengaja atau tidak-aku tak peduli-telah memilukan hati bapak. Siapa juga yang peduli Finna adalah teman. Siapa peduli jasanya? Aku bahkan lebih peduli petakanya. Gadis terkutuk.

***
2 Desember sebelas tahun silam,

Sekitar pukul empat sore, kampus gempar. Mahasiswa berhamburan keluar kelas. Tak pedulikan dosen. Tak pedulikan presentasi. Tak pedulikan pacar sedang manja-manjanya. Tak peduli juga belum bayar jajan di Kopma. Kampus gempar. Semua berhamburan keluar. Seorang gadis barusan menjerit. Disusul jeritan manusia yang lain. Riuh. Gempar. Ada yang lompat dari lantai lima! Ada yang bunuh diri! Mati! Dia sudah mati! Darahnya banyak sekali! Kepalanya pecah menghantam paving! Lihat, tasnya berantakan! Itu kan tasnya si Finna! Ada sekotak kado biru juga!

Baru setelah ada yang mengucap “ada sekotak kado biru juga” aku lari menerobos riuhan manusia. Perasaanku tak menentu. Sedetik aku bahagia. Sedetik aku takut. Sedetik aku sedih. Sedetik aku kosong. Bahagia. Takut. Sedih. Kosong. Kosong! Kosong! Kosong!

Kau itu suka warna apa Nia?”

Dari dulu aku kan suka biru, kamu gimana sih Fin, ah, masa gak tahu warna favoritku?”

Aku disergap bahagia. Disergap takut. Disergap sedih. Disergap kosong. Pening! Pening sekali kepalaku. Bukan. Bukan karena anyir darah menyeruak menusuk-nusuk hidung. Bukan. Bukan karena mual melihat seisi kepalanya merekah meleleh mengaliri sela-sela paving. Peningku memuncak membaca tulisan di bungkus kado itu.

Selamat ulang tahun, sahabatku, Rilnia... Luph U ^_^”
***

Jika sebuah tulisan dapat memasukkan seorang ke dalam surga, maka tak bakal secuil pun aku merasa iri pada hal tersebut. Jika sebuah tulisan dapat meringankan laknat seorang pendosa, maka tak bakal sekata pun kuucap sebagai protes kepada Tuhan. Namun, jika tulisan belum cukup untuk mengentas seorang ahli neraka ke surga, tak setimpal untuk meringankan laknat seorang pendosa, maka, benar-benar aku bakal memohon hingga payah bibirku memohon, agar Tuhan memasukkan Finna ke surga-Nya.

Sungguh, tak sedetik pun terbesit di pikirku jika Finna akan mati begitu sia-sia. Begitu hina. Seorang yang tiap detik mengabdikan dirinya pada pena, seorang yang selalu disukai banyak orang lantaran tulisannya sarat ilmu dan hikmah, seorang yang selalu dan melulu dicap ahli surga lantaran menginsyafkan orang lain dengan semua tulisan-tulisannya, lantas, merobek-robek sendiri tiket ke surganya dengan bunuh diri. Siapa sangka?

Aku duduk di bangku yang sama setiap jam empat sore, setiap harinya. Di bangku di mana sebelas tahun lalu aku selalu dan melulu dilatih menulis oleh Finna.

Kau itu pintar Nia. Sia-sia sekali kalau cuma kau sendiri yang menikmatinya. Tulislah apa saja agar pintarmu itu bisa dinikmati yang lain. Jangan egois begitu....”

Aku duduk di bangku yang sama setiap jam empat sore, setiap harinya. Di bangku di mana sebelas tahun lamanya aku selalu dan melulu memimpikan hal yang sama. Begitu juga dengan sekarang, aku tak lagi kaget begitu melihat api berkobar menjilat tubuh Finna, juga tubuhku. Aku segera sadar bahwa hari ini aku juga sedang bermimpi. Sepertinya juga yang kemarin. Kemarinnya lagi. Kemarinnya lagi, dan lagi. Jalan cerita mimpi itu pun sama. Mula-mula aku dan Finna sama-sama dimakan api. Berjuta tahun kemudian, malaikat menjemputku. Dibilangnya tebusan dosaku sudah lunas, saatnya aku dimasukkan ke surga. Saat aku melewati tempat Finna, kutanya malaikat mengapa Finna tak dipergikan bersamaku. Tak ada surga untuk manusia yang menyia-nyiakan hidupnya, jawabnya. Hatiku gatal, juga nyeri.

Bolehkah aku menengoknya barang semenit?

Silakan.

Aku menghampiri Finna, dia sedang dimakan api. Tubuhnya menari dalam laut api, bibirnya mengulum senyum, matanya juga teduh. Aku tak paham. Ia menatapku dan mengucap,

Tulisan memang tak cukup untuk membuat aku masuk surga. Setidaknya neraka telah dibuat beku olehnya, dan aku senang...
Penulis: Siti Nur Banin/ Majalah Annida
Label: 0 komentar |
fnc muslimah
Ya allah semoga engkau berkenan
melimpahkan cinta dari lautan kasih sayangmu
Kedalam hati mereka
Sebagai tali yang mengikat hati merekam dalam rindu
Yang takkan pernah sirna setiap waktu
Berkahilah mereka berdua
Menjalani biduk cinta
Dalam mengayuh bahtera bersama
Dalam menelusuri jalan lurusmu ya rabbi ya maulana
Hanya kepadamu hati kami bersandar
Harapan bahagia dengan sepenuh jiwa
Lewati masa yang kau tentukan ya rabbana

Dalam menggapai ridhamu


Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khair

(Semoga berkah allah senantiasa dilimpahkan kepada kalian berdua)

Selamat untukmu sahabatku
fnc_muslimah