fnc muslimah
1. Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.

2. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah mencatatkan baginya setiap hari dengan 1.000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1.000 kejahatan.

 3. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.

 4. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

 5. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

 6. Apabila semalaman ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.

 7. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takut akan Allah dan orang yang takut akan Allah, akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.

 8. Barangsiapa membawa hadiah, (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak NabiIsmail.

 9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya(10.000 tahun).

 10. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan,memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dikehendaki.

 11. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1.000 lelaki yang soleh.

 12. Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab Rasulullah, “Suaminya. “Siapa pula yang berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah, “Ibunya”.

 13. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.

14. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung diudara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat kepada suami serta menjaga sembahyang dan puasanya.

 15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

 16. Syurga itu di bawah tapak kaki ibu.

 17. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku Nabi SAW) di dalam syurga.

 18. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga.

 19. Dari Aisyah r.a., Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuan lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.


semoga kita menjadi mar’ah sholehah yang lebih baik dari dunia dan seisinya amiiin


Label: 0 komentar |
fnc muslimah

Ibu......

Dalam realita kehidupanmu.. Minimal ada seorang wanita yg sangat PEDULI kamu.. Pasti..!

Terlepas kamu setuju atau Tidak, terima atau tidak, Wanita ini ada..!

Dan ia adalah satu- satunya manusia di planet ini yg izinkan rahimnya kau tempati free of charge selama 9 bulan. Yang siap menahan sakit demi untuk kehadiranmu disini sekalipun nyawanya menjadi taruhan. Dalam membesarkanmu ia melewati hari-hari yang tidak gampang.. sering ia tidak tidur karena kamu sakit..dalam kebingungan ia hanya menangis dan berdoa karena panasmu yang tidak reda, atau kamu tidak buang kotoran. Ia tidak jijik dengan kotoranmu yang berselemak dibadannya bahkan ia tertawa lepas saat semua itu terjadi.

Tahun-tahun berganti..

Kini kamu sudah dewasa. Kamu sudah bisa kedokter kalau kamu sakit..

Dan status kamu pun kini sudah berubah

Kamu tidak butuh wanita itu lagi

Sekarang wanita itu sudah tua.. lamban, suka dengan cerita lama yang membosankan,

Nasihatnya selalu itu-itu saja..

Belum lagi bau badannya yang sering diprotes pacarmu/suami/istrimu/anak-anakmu. Komunikasi kalian payah...susah...!

Hai saudaraku..

Anda benar..wanita tua ini sering membosankan dan tak nyambung..tapi coba berdiamlah beberapa menit dalam hening...

Sejelek apapun dia.., orang lain boleh tidak suka dia. Tapi kamu tak boleh..sebab ia adalah ibumu

Dihari tuanya yg tak lama lagi.., bukan hartamu yang ia harapkan, ia tidak butuh apapun dari kamu. Ia hanya takut kehilangan kamu.. takut kamu tidak peduli dia lagi

Karena ia begitu mencintaimu

Ia sudah bahagia kalau kamu datang dan bertanya”apa kabar? Dan tanganmu mau mengelus dia”

Saudaraku maafkan dia kalau ia pernah melakukan hal yang mengecewakan kamu..

Percayalah ia pantas untuk kau cintai

Saudraku...

Waktu wanita tua itu tidak banyak lagi...

Dengarkanlah ini: jangan lagi bersuara keras padanya..

Dalam keadaan apapun.. itu akan sangat melukainya. Semoga kita mejadi anak yang sholeh.



fnc muslimah
Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah

chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.

”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.


Cinta tak pernah meminta untuk menanti.

Ia mengambil kesempatan.

Itulah keberanian.

Atau mempersilakan.

Yang ini pengorbanan.


Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,

”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4).

Label: , 0 komentar |
fnc muslimah

Pernahkah kamu merasakan..


Bahwa kamu mencintai seseorang,

meski kamu tahu ia tak sendiri lagi, dan..

meski kamu tahu cintamu tak akan berbalas,

tapi kamu tetap mencintainya



Pernahkah kamu merasakan..

Bahwa kamu sanggup melakukan apa saja demi seseorang yang kamu cintai

meski kamu tahu ia takkan pernah peduli ataupun

ia peduli dan mengerti, tapi ia tetap pergi



Aku pernah..



Aku pernah tersenyum meski kuterluka karena ku yakin

Tuhan tak menjadikannya untukku



Aku pernah menangis kala bahagia

karena kutakut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja



Aku pernah tertawa saat berpisah dengannya

Karena sekali lagi, cinta tak harus memiliki

Dan Tuhan pasti telah menyiapkan cinta yang lain untukku



Aku juga pernah bersedih kala bersamanya

Karena kutakut kah kehilangan dia suatu saat nanti, dan..



Aku tetap bisa mencintainya

MEski ia tak dapat kurengkuh dalam pelukanku

Karena memang cinta ada dalam jiwa



Semua orang pasti pernah merasakan cinta

Baik dari orang tua..sahabat..kekasih dan akhirnya

pasangan hidupnya



Buat temanku yang sedang jatuh cinta..selamat yah..

Karena cinta itu sangat indah

Semoga kalian selalu berbahagia



Buat temanku yang sedang terluka karena cinta..

Hidup itu bagaikan roda yang terus berputar,

Satu saat akan berada di bawah dan hidup terasa begitu sulit

Tetapi keadaan itu tidak untuk selamanya

Bersabarlah dan berdoalah

karena cinta yang lain akan datang dan menghampirimu



Buat temanku yang tidak percaya akan cinta

Buka hatimu jangan menutup mata akan keindahan yang ada di dunia

Maka cinta akan membuat hidupmu menjadi bahagia



Buat temanku yang mendambakan cinta..bersabarlah..

Karena cinta yang indah tidak terjadi dalam sekejap

Tuhan sedang mempersiapkan segala yang terbaik bagimu



Buat temanku yang mepermainkan cinta

Sesuatu yang begitu murni dan tulus bukanlah untuk dipermainkan

Cinta bukan suatu kehampaan

Semoga kalian berhenti mempermainkan cinta

Dan mulai merasakan kebahagiaan yang seutuhnya

Label: 0 komentar |
fnc muslimah
Menemukan sebuah kata yang menusuk hatiku saat ini di sebuah homepages facebook, kata yang sederhana memang tapi kata ini tepat mengena untukku yang sedang berada pada sebuah dilema..hmm.. lebih tepatnya kata anak muda zaman sekarang "galau" apakah mencintai itu salah satu zina hati? entahlah belum ku temukan jawabannya!



Jika kau ingin cinta, Carilah dulu cinta Allah.


Jika kau mau rinduku, Rindulah dulu Allah dan rasulnya.

Jika kau mau sayangku, Sayangilah dulu agamamu lebih dari diriku.

Jika sayang diriku, jauhilah aku sebelum masanya.

Jika ikhlas dengan diriku, jauhkan aku dari zina, terutamanya zina hati.

Jika cintamu sejati untukku, cintailah aku karena allah

Jika pilihanmu aku, pilihlah karena agamaku, bukan yg lain

Jika setiamu padaku, setialah karena untuk mendapat ridha allah

Jika kau mau peliharaku peliharalah aku dari godaan cinta dunia dan nafsu

Semoga kita dipertemukan dalam ikatan cinta yang di ridhoi allah.

Label: 0 komentar |