fnc muslimah
“Saat paling dekat bagi hamba dengan Tuhan nya adalah ketika ia bersujud. Maka perbanyaklah doa ketika kalian bersujud.”

(HR. Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i)

“Tahukah kalian kemanakah matahari itu pergi?”

Seperti halnya saya, saya yakin sebagian Sahabat tercenung dan termenung ketika mendengar pertanyaan ini. Pertanyaan inilah yang suatu kali diungkapkan Rasulullah pada para sahabatnya ketika matahari terbenam di suatu petang. Jawaban para sahabat kala itu, “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.”

Kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy,”

Rasulullah melanjutkan, “lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat.”

Sampai pada penggal ini, Rasulullah kemudian bertanya pada para sahabat, “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi?”

Dan Rasulullah menjawab sendiri pertanyaan itu, “Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”(HR. Bukhari Muslim)

Sahabat,

Mengawali tulisan ini dengan hadits diatas, saya tidak bermaksud memasuki perdebatan panjang yang masih diperselisihkan antara teori ‘bumi mengelilingi matahari’ dengan teori ‘matahari mengelilingi bumi’. Saya merasa tidak memiliki kapasitas ilmu dalam hal itu. Yang ingin saya sampaikan lewat hadits itu adalah sebuah kebenaran yang disampaikan Rasulullah -yang sampai saat ini masih membuat saya tertakjub-takjub- yakni bersujudnya matahari di bawah ‘Arsy Allah. Ya, matahari bersujud pada Allah. Dari sinilah kita akan berbincang lebih jauh setelah ini…



“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? … “ (Al-Hajj 18 )



Sahabat,

Bersujud matahari dengan cara yang tak kita mengerti. Bersujud pula rembulan dengan cara yang tak mampu kita bayangkan. Dan bersujud seluruh semesta dengan keteraturan yang tak terkira. Tunduk dan patuh mereka pada Allah. Baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa. Bersujud pula bayang-bayang mereka di pagi dan petang hari…

“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari”. (Ar-Ra’d 15 )

Sahabat,

Jika matahari, bulan, dan bintang-bintang bersujud pada Allah, tunduk dan patuh pada Allah, pantaskah kita manusia yang begitu lemah ini menolak bersujud pada Allah? Jika kita tak lebih digdaya dari matahari, tak lebih perkasa dari bulan, dan tak lebih hebat dari bintang-bintang, dengan alasan apakah kita menolak bersujud pada Allah? Bukankah Allah Maha Besar lagi Maha Perkasa?

Lalu,

Adakah kita mengaku sebagai hamba Allah yang beriman, yang tak hendak sombong kepadaNya, sedangkan kita mengingkari perintah bersujud di masjid-masjid Allah itu? Adakah kita juga mengaku sebagai hamba berbakti, yang tak hendak sombong kepadaNya, sedangkan kita melalaikan perintah bersujud di rumah-rumah Allah itu?



Sahabat,

Sungguh, tidak ada yang menghalangi iblis memenuhi perintah Allah untuk sujud kepada Adam, kecuali kesombongan dalam dirinya. Ya, dosa kesombongan. Inilah dosa iblis yang membuatnya menerima murka Allah dan terusir dari surga…

“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan” (QS. Shaad 75-78)

Walau hanya setitik, sungguh tidak ada tempat di surga bagi hamba-hamba Allah yang sombong… Astaghfirullah…

Tidak akan masuk ke dalam surga orang yang dalam hatinya terdapat setitik kesombongan. (HR Muslim)

Sahabat,

Maka menjadilah kita bagian dari orang-orang yang memperbanyak sujud pada Allah. Mereka yang melewati waktu di dunia dengan memperbanyak sujud, maka tanda bekas sujud akan kita temukan di wajah mereka. Namun tanda bekas sujud itu, bukan dahi yang hitam atau kasar sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan orang selama ini.. Melainkan wajah yang teduh, tawadlu, dan bercahaya.. Pendapat inilah yang yang dapat kita telusuri dalam tafsir Ibnu Katsir..wallahu a’lam..

“.. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya, tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka dari bekas sujud..” (Al Fath 29)

Sahabat,

Mereka yang ahli sujud, adalah mereka yang memiliki hati yang peka dan perasaan yang halus. Di setiap kali mendengar ayat-ayat Qur’an, mendengar nasehat, atau melihat segala hal yang mengingatkan pada akhirat, hal itu memberikan pengaruh yang begitu dahsyat pada diri mereka…

“..Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu`” (Al Isra’ 107-109)

Adegan dalam ayat ini, adalah adegan yang sungguh menyentuh perasaan, demikian Sayyid Quthb menguraikan dalam tafsirnya. Yakni adegan orang-orang yang diberi ilmu. Ketika mendengar Al Qur’an, mereka khusyuk dan menjatuhkan diri karena sujud. Mereka tidak mampu mengendalikan diri mereka. Mereka bukan ‘sekedar’ sujud, tetapi menjatuhkan diri ke kening untuk sujud. Lalu lidah mereka bereaksi mengucapkan apa yang berkecamuk di perasaan mereka, “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi..”. Kepekaan hati mereka begitu kuat, perasaan mereka begitu halus. Dan kata-kata tidak cukup merefleksikan apa yang bergejolak di hati mereka. Maka air mata pun mengucur deras, menggambarkan kepekaan dan halusnya perasaan mereka…

“.. Dan mereka menjatuhkan diri ke kening mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk..” (Al Isra’ 109)

Sahabat,

Bersujud matahari dengan cara yang tak kita mengerti. Bersujud pula rembulan dengan cara yang tak mampu kita bayangkan. Dan bersujud seluruh semesta dengan keteraturan yang tak terkira.. Masing-masing telah mengetahui cara sujudnya pada Allah. Maka semoga demikian pula dengan kita. Rebahkanlah kesombongan kita dan merendahlah. Letakkan dahi merapat ke bumi, bersujud memohon ampun dan meng-eja pinta kepadaNya. Semoga Dia berkenan Mendengar do’a kita, meski kadang kita lalai dari mendengar titahNya…

“Saat paling dekat bagi hamba dengan Tuhan nya adalah ketika ia bersujud. Maka perbanyaklah doa ketika kalian bersujud.” (HR. Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i)

Dan sungguh, sujud-sujud kita di masjid-masjid Allah itu, di rumah-rumah Allah itu, adalah sebagai bentuk pengakuan kita, bahwa kita tak layak sombong pada Pemilik ‘Arsy, Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar…



0 Responses

Posting Komentar