skip to main |
skip to sidebar
Aku membaca pesan dari nada sumbang yang tampak merdu
"Disini tak lagi jadi rumahmu"
Seketika jarum tersuntik dilenganku
Merusak segala komponen nalarku
Aku tak dapat pulang
Rumah yang kutuju telah menutup pintunya
Haruskah aku tinggal dipinggir jalan?
Dikolong jembatan?
Dirumah-rumah kardus?
Di halte bus?
Langkahku mengajakku singgah kerumah Tuhan
Paling tidak pintuNya tak pernah tertutup untukku
Dan dekapanNya selalu hangat
Mengajarkanku bijak untuk menepak jejak kaki kecil ini
Dan aku tak akan lagi mengharap rumahmu
.
.
Pondok Aren, 23 Juli 2016
Posting Komentar