Setelah datangnya sebelum pagi
Masih gelap mimpi-mimpi tertidur
Sejak tak berdaya sulingkan basa-basi
Akankah matahari tetap menjadi penunggu
Sendiri duduk terpaku dengan malu-malu
Satu kaki menyela perbincanganku pada bintang
Sendayu itu perlahan datang menjemput tanganku
Segera raihan menjadi pelipur kemarau biru
Sekiranya matahari memeluk dedaunan
Rerumutan berjalan hiasi taman-taman
Ilalang berbicara sampaikan rundungan
Muara menanti datangnya aliran
Saat itu telah ku duduki harmoni malam
Sangat kuat hantaman pun juga melembutkan
Teruntuk diriku sambut selembar dedaunan
Nanar memancar leburkan keindahan
Bukan saja mereka disana
Penunggu gubuk itu sudah rindu akan telaga
Kemarau biru terus mengejar dan bertanya
Hingga tiba waktunya bercerita
Tentang dirinya bukan hanya sekedar mutiara
Aku lukisan tak berkanvas
Tak cukup warna mencampurnya
Sekiranya lautan tertumpah luas
Seandainya semesta gambarkan dirinya
Masih saja hambar tak bergula
Aku bukan pemiliknya
Pun tak bisa menyempurnakannya
Aku hanya bisa membuat secangkir embun
Sejukkan jutaan kerongkongan massa
Biar segar waktu itu bergelora
Hingga lantunan pun mampu terdengar mesra
Di bawah naungan KeharibaanNya
Titipan ini untukku juga kalian semua
Semoga kita bisa menjaga dan memelihara
Segala Karunia serta Anugerah pemberianNya
>>>*<<<
Catatan sahabat : Mif d’King
Posting Komentar